Kerajaan Galuh Purba
Abad III - IV
Van der Meulen (1988): (Indonesia di Ambang Sejarah - Kanisius) menyatakan bahwa pendatang-pendatang dari tanah Kutai dating ke tanah Jawa jauh sebelum abad ke 3 Masehi. Pendatang-pendatang itu masuk dari pantai Cirebon dan menetap di pedalaman sekitar gunung Cerme, gunung Slamet dan lembah sungai Serayu.
Kerajaan Galuh Purba dibangun oleh pendatang yang menetap di kawasan Slamet (Ratu Galuh), kemungkinan kerajaan bernama Galuh Sinduala ( Bojong Galuh) dan beribukota di Medang Gili (78 M) Namun ini masih di ragukan karena Bahasa dan tulisan sansekerta belum di kenal luas pada jaman itu.
Arah Pendatang dari Kutai
Pada abad 1 – 6 banyak kerajaan yang memakai kata galuh selain kerajaan Galuh Purba di Jawa. Diantaranya:
• Kerajaan Galuh Rahyang yang berlokasi di Brebes, beribukota di Medang Pangramesan
• Kerajaan Galuh Kalangon yang berlokasi di Roban, beribukota di Medang Pangramesan
• Kerajaan Galuh Lalean yang berlokasi di Cilacap, beribukota di Medang Kamulan
• Kerajaan Galuh Tanduran yang berlokasi di Pananjung, beribukota di Bagolo
• Kerajaan Galuh Kumara yang berlokasi di Tegal, beribukota di Medangkamulyan
• Kerajaan Galuh Pataka yang berlokasi di Nanggalacah, beribukota di Pataka
• Kerajaan Galuh Nagara Tengah yang berlokasi di Cineam, beribukota di Bojonglopang
• Kerajaan Galuh Imbanagara yang berlokasi di Barunay (Pabuaran), beribukota di Imbanagara
• Kerajaan Galuh Kalingga yang berlokasi di Bojong, beribukota di Karangkamulyan
Kerajaan tetangga
Kerajaan-kerajaan diatas masih belum jelas apakah merupakan bagian-bagian setelah pecahnya Kerajaan Galuh Purba atau justru kerajaan-kerajaan sebelum terbentuknya kerajaan besar Galuh Purba.
Kekuasaan Galuh Purba
Kerajaan Galuh Purba mempunyai wilayah yang sangat luas dari Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen dan juga ada yang menyatakan sampai Kedu, Kulonprogo juga Purwodadi.
Pada
Babad Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara (tulisan Pangeran Wangsakerta dari Cirebon) mengatakan bahwa 3 wangsa yang yang berkembang pada abad VII – VIII adalah Wangsa Kalingga, Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra, yang juga ada kesamaan dengan tulisan
Fruin-Mees : Geschiedenis van Java, 1919, halaman 16-20.
Yang berarti bahwa Kerajaan Galuh Kalingga yang sebelumnya merupakan bagian kerajaan Galuh Purba, nantinya akan berkembang pesat dan pamornya mengalahkan Kerajaan Galuh Purba. Apalagi setelah pusat kerajaan Galuh Purba berpindah ke Garut – Kawali (Prasasti Bogor) dan menjadi bawahan Kerajaan Tarumanegara pada masa pemerintahan Purnawarman (395 -434 M).
Kerajaan Tarumanegara
Abad IV - Abad VII
Kerajaan ini berkuasa di Jawa bagian barat, dan beribukota di Sundapura (Bekasi), dan merupakan kelanjutan dari kerajaan Salaknegara (130 - 362 M). Kerajaan ini adalah kerajaan Hindu tertua di pulau Jawa yang beralirah Hindu Wisnu. Menurut sejarah bahwa kekuasaan hanya di sekitar Banten, Jakarta, Bogor dan Bekasi namun luas pengaruhnya hingga daerah Tegal (Galuh Kumara), Banyumas (Galuh Purba) dan Bagelan.
Kerajaan Galuh-Kawali
Abad III – Abad VI
Kerajaan Galuh Purba berpindah ke Garut – Kawali (Prasasti Bogor) dan menjadi bawahan Kerajaan Tarumanegara pada masa pemerintahan Purnawarman (395 - 434 M).
Perpindahan Galuh Purba ke Kawali
Letak Kawali dekat dengan Ciamis, Kaart Resident's Priangan en Cheribon, 1947
Keturunan Galuh Kawali banyak yang kawin dengan keturunan kerajaan Kalingga, sehingga menyebabkan raja-rajanya banyak keturunan kerajaan kalingga. Setelah pusat kerajaan di pidah ke Garut, pengaruh kebudayaan makin lama makin pudar dan berganti pengaruh dari kerajaan kalingga.
Kerajaan Tarumanegara mulai pudar pada masa pemerentahan Prabu Tarusbawa 669 M, dan Kerajaan Galuh – Kawali sudah menjadi Kerajaan yang kuat dan banyak dari keturunannya yang kawin dengan keturunan kerajaan Kalingga. Sehingga Raja Galuh Wretikandayun berani meuntuk kekuasaan dari Kerajaan Tarumanegara. Raja Galuh Wretikandayun menjadi Raja Galuh yang merdeka, waktu Prabu Tarusbawa mewariskan tahta Tarumanegara lewat Putri Manasih, istrinya (putri pertama Prabu Linggawarman). Tarumanegara kemudian menjadi kerajaan Sunda dan memindahkan pusat pemerentahan ke Sundapura agar pamornya naik lagi, namun ini menjadi alasan Wretikandayun untuk memisahkan Kerajaan Galuh - Kawali menjadi Kerajaan Galuh, dan meminta dukungan Kerajaan Kalingga (Kerajaan Besan). Karena Putra Mahkota Kerajaan Galuh yaitu Rahiyang Mandiminyak menikah dengan Putri Maharani Shima bernama Parwati.
Wilayah Kerajaan Galuh antara Sungai Citarum dan Sungai Cipamali sebelah barat gunung Slamet. Jadi kemungkinan wilayah selatan gunung Slamet merupakan wilayah Kerajaan Kalingga
Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati di daerah Kedu.