Selasa, 31 Maret 2020

PA GANDASOEBRATA


Pangeran Aria Gandasoebrata  
Lahir pada 10 Januari 1869- Meninggal 17 Juni 1948 


banjoemas.com

Kanjeng Pangeran Aria Gandasoebrata bersama istri padmi Raden Ajeng Sri Sumiyati
sekitar tahun 1927

Pada tanggal 6 November 1913 Pangeran Adipati Aria Mertadiredja III mengajukan pensiun dan digantikan oleh putranya yaitu PA Gandasoebrata  yang menjabat dari tahun 1913 hingga tahun 1933. PA Gandasoebrata  kecil bernama Raden Kamid Dulislam, merupakan putra dari PAA Mertadiredja III yang ke 8 dari garwa ampeyan. 

Nama keluarga menggunakan Gandasubrata bukan lagi Mertadiredja karena dianggap bahwa trah Banyumas sudah tidak lagi memimpin di Purwokerto (Mertadiredja) tapi kembali ke Banyumas. 



banjoemas.com
Keluara PA Gandasubrata 
dari kiri R. Adj. Soedjinah, R. Soedarman, PA. Gandasoebrata, R. Soedjaman, R. Adj. Soedjirin, 
R. Ay. Poedjasari (duduk dibawah), R. Adj. Sri Seomijati, R. Soedirman, R. Adj. Soedjijah dan R. Soedana
sekitar tahun 1912

PA Gandasoebrata  pada umur 20 tahun memperistri Raden Rara Sudjinem (16) yang dikemudian hari setelah menikah bernama Raden Ayu Pudjasari. Beliau adalah putri dari seorang putri ketiga dari R. Ng. Sosroatmadja yang menjabat sebagai Mantri Guru di Purwokerto, yang sebenarnya masih saudara satu buyut (Mertadiredja I)
Darinya berputra 8 orang  yaitu :
- R. Sudjiman Mertadimedja Gandasubrata (Bupati Banyumas selanjutnya) beristrikan 
- R. Sudirman Gandasubrata Mr. (Sarjana Hukum) Ketua pengadilan Negeri Purwokerto beristrikan RA Satinah Bratadimedja
- R. A. Soedjirin Kartanegara, suami R. Sarengat Kertanegara
- R. Sudana Tjakra Gandasubrata, beristrikan RA Subaniah Mangkusubrata
- R. Adj. Sudjinah (R. Ayu Salatun Atmasubrata) Istri ketua pengadilan negeri semarang
- R. A. Sudjijah Suradibrata (Meninggal pada tahun 1930)
- R. Sudarman Gandasubrata Mr. (Sarjana Hukum), beristrikan RA Siti Aminah Bratadimedja
- R. Sudjaman Gandasubrata, beristrikan RA Soeparni PoerwoSoeprodjo

Karena PA Gandasoebrata  akan menggantikan ayahnya menjadi Bupati di Banyumas maka beliau harus menikah lagi dengan seorang yang setatusnya lebih tinggi. Maka kemudian beliau memperistri Raden Ajeng Sri Sumiyati yang berpaut putri bupati Wonosobo ke empat Tumenggung Tjokroadisoerdjo yang merupakan trah Tjokronegaran Purworejo. Darinya bupati tidak mendapatakan keturunan, sehingga kelak yang menggantikannya menjadi bupati adalah putra dari garwa ampeyan. 

Raden Ayu Pudjasari yang mendampingi saat menjadi patih Banyumas ini setelah PA Gandasoebrata  menikah lagi kemudian posisinya bergeser menjadi garwa ampeyan dan dipanggil "Bibi" oleh anak-anaknya dan cucu-cucunya memanggilnya mbah Raden. Sedangkan setelah PA Gandasoebrata dan istrinya yang baru dipanggil bapak Ageng dan ibu Ageng. 



banjoemas.com

Foto keluarga PA Gandasubrata dari kiri R. Soedana, R. Adj. Soedjinah, R. Adj. Soedjirin,  
R. Adj. Soedjijah, R. Adj. Sri Seomijati, R. Soedjaman dan PA Gandasubrata 
sekitar tahun 1910


banjoemas.com


foto bersama keluarga PA Gandasubrata bersama saat meninggalnya PAA Mertadiredja III
berdiri dari kiri R. Soedirman, R. Soedana, R. Soedarman, R. Adj. Soedjijah, R. Soedjaman, 
R. Sarengat Kertanegara, R. Salatoen Atmasoebrata: duduk di korsi R. Adj. Soedjirin, R. Adj. Soedjinah, R. Adj. Sri Seomijati, R. Ay. Ranoe Atmadja (Kakak perempuan bupati)PA Gandasubrata R Adj Satinah Bratadimedja dan R Adj Subaniah Mangkusubrata dan beserta cucu-cucunya
20 Maret 1927

banjoemas.com

Tiga putri PA Gandasoebrata dari kiri R. Adj. Soedjinah, R. Adj. Soedjirin (duduk), R. Adj. Soedjijah
sekitar tahun 1910 

PA Gandasoebrata  mengawali karirnya sebagai seorang Patih di Banyumas dengan gelar Raden Ngabei Gandasubrata. Setiap kegiatannya beliau  terlihat sangat cakap  dan disiplin menuruni ayahnya PAA Mertadiredja III. Setiap kegiatannya selalu dicatat dalam buku hariannya, sehingga beliau meninggalkan catatan yang sangat banyak dalam lemari arsipnya.

10 tahun masa awal jabatannya merupakan masa keemasan industri batik di kota Banyumas. Sehingga tidak ketinggalan PA Gandasoebrata juga menciptakan beberapa motif batik diantaranya adalah parang Gandasubratan,ayam puger, jahe srimpang, parang plontho dan godhong lumbu yang diwarnai dengan warna sogan khas Banyumasan. Karena kedekatannya dengan kraton-kraton di Vosterlanden, sehingga corak batiknya banyak kesamaan.


banjoemas.com

Lima bupati di karsidenan Banyumas dari kiri
Bupati Purbalingga  R. Tmg. Adipati Dipokusumo VI (1899 - 1925)
bupati Banyumas P.A. Gandasoebrata (1913 - 1933)
bupati Cilacap R.M. Adipati Tjakrawerdaja (1882 - 1927)
bupati Banjarnegara R. Arya. Djoyonegoro II  (1896 - 1927)
bupati Purwokerto RTm Tjokrohadisoerjo (1920 - 1936)
sekitar tahun 1926

Pada masa kepemimpinannya kota Purwokerto dibangun satu jalur kereta lagi yang menghubungkan Cirebon dengan Kroya oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwagon, sehingga kota Purwokerto dilewati dua buah jalur kereta dan membangun satu buah stasiun kereta besar di Bantarsoka setelah Stasiun Purwokerto (Timur) milik SDS di Kranji.

Pada tahun 1929 dibangun perusahaan listrik Electric Maatschapij Banjoemas yang berpusat di Ketenger kabupaten Purwokerto, namun tidak berjalan dengan baik karena resesi ekonomi dunia yang mulai dirasakan oleh kabupaten-kabupaten di wilayah karsidenan Banyumas. 

Dalam pertengahan dan akhir masa jabatan beliau, kondisi Hindia Belanda khusunya wilayah karsidenan Banyumas mengalami beberapa musibah. Di tahun 1920an terjadi wabah pes di wilayah kabupaten Banyumas sebelah timur hingga wilayah kabupaten Banjarnegara. Wabah ini adalah wabah mematikan dimana penduduk Banyumas berkurang secara drastis setelahnya. Wabah ini cepat menyebar karena masyarakat banyak yang masih menggunakan daun sirap yang lembab dan menjadi tempat yang baik bagi penyebaran wabah Pes. Beliau mendapatkan medali sebagai tanda kehormatan dari ratu Belanda yaitu Ridder Oranje Nassau karena berhasil membasmi wabah pes di wilayahnya. 

Kemudian setelah wabah pes, Banyumas kembali dilanda kekeringan yang sangat panjang disisi lain akibat perang dunia pertama komoditas ekspor Hindia Belanda tidak laku lagi di Eropa, sehingga semua pabrik gula dan perkebunan tidak lagi beroperasi. Ini mengakibatkan efek domino terhadapa ekonomi masyarakat Banyumas yang sudah sangat tergantung terhadap pabrik dan perkebunan. 

Kemudian pada tahun 1933 dimana masa pagebluk (mailese) belum selesai beliau digantikan oleh putra tertuanya yaitu RAA Soedjiman Mertadiredja Gandasoebrata yang menjabat pada tahun 1933 hingga tahun 1950.



banjoemas.com

PA Gandasubrata bersama dengan anggota folksraad Banjoemas didepan sebuah kantor di banyumas 
sekitar tahun 1937

Meskipun PA Gandasoebrata sudah pensiun sebagai bupati di Banyumas namun beliau tidak menganggur begitu saja, beliau masih terus aktif setelah dianggakt menjadi  anggota folksraad (wakil rakyat) mewakili Pamong Pradja Pribumi. 



banjoemas.com

Foto bersama di karsidenan bersama residen JJ van Helsdingen dan pangereh praja 
se karsidenan Banyumas pada peringatan penobatan ratu Belanda 
31 Agustus 1929

Ndalem Kepangeranan
Rumah yang sekarang kita kenal dengan ndalem Kepangeranan atau rumah Gandasubrata ini dibangun oleh PAA Mertadiredja III pada masa pensiunnya dan kemudian ditinggalinnya hingga meninggalnya. Karena rumah pendopo kabupaten digunakan dan ditinggali oleh penerusnya yaitu bupati PA Gandasoebrata. PA Gandasoebrata sebelumnya tinggal di kepatihan yang berada di barat masjid Banyumas, karena beliau menjabat sebagai patih Banyumas. Kedua putranya pertamanya tidak ikut ayahnya di rumah kepatihan namun R. Sudjiman dan R. Sudirman diasuh langsung oleh Raden Ajeng Pangeran Adipati Aria Mertadiredja III di rumah Kepangeranan. 

Setelah pensiun PA Gandasoebrata  pada taun 1933 setelah pensiun beliau juga pindah ke ndalem Kepangeranan karena pendopo kabupaten dipakai oleh putranya yaitu RAA Soedjiman Mertadiredja Gandasoebrata. Tidak seperti ayahnya, beliau mendapatkan bintang Officier Oranje Nassau justru ketika beliau sudah tidak menjabat sebagai bupati akan tetapi ketika menjadi anggota folksraad bersamaan dengan bupati Magelang RAA Danoesoegondo pada tahun 1936.

Pada tahun 1920an PA Gandasoebrata  membeli sebuah mobil buatan Amerika yaitu merek Dodge Brothers buatan tahun 1919. Memiliki sebuah mobil di karsidenan Banyumas pada masa itu merupakan sesuatu hal yang sangat langka. 

PA Gandasoebrata  meninggal pada 17 Juni 1948 di usianya ke 79 tahun, sedangkan istrinya yang lahir pada 1 Maret 1888 meninggal pada 6 Desember 1955 dan garwa ampeannya lahir sekitar tahun 1873 meninggal pada tanggal 24 September 1918 pada usia 45 tahun karena Tuberculosis. Semuanya dimakamkan di makam bupati Kalibogor di Blok A.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk ibu Yeti Gandasubrata alm. yang sudah memberikan waktunya, tenaganya, kecintaannya terhadap sejarah dan arsip sejarah Banyumas  dan keluarga besar Mertadireja & Gandasubrata

Terimakasih saya ucapkan kepada narasumber
- ibu Yeti Gandasubrata alm. 
- Pak dr. Soedarmadji
- Mas Alfian Antono
Chandra Gusta W

Dirangkum dari berbagai sumber 

2 komentar:

pepoluan mengatakan...

Cukup kaget saya membaca akhir dari ceritanya... saya kira cerita sejarah Banyumas belum sempat direkam dari pengetahuan alm. ibu saya, tapi ternyata sudah tercatat dengan baik, dan ternyata pun langsung dari alm. ibu saya.

Terima kasih mas Jatmiko untuk usahanya melestarikan catatan sejarah ini.

PPoluan mengatakan...

Terima kasih untuk artikelnya.

Salam,
Panji Poluan
- putera Bapak Boy Poluan - Ibu Umiasih Setiati

Posting Komentar

Silahkan isi komentar anda !
Jangan lupa tinggalkan Nama dan alamat emailnya