Senin, 15 Juni 2009

Menyusur Rel Stasiun Purbalingga

Minggu ini kami bertiga dah rencana mau ke Purbalingga buat ke bengkel, maklum aja motor dah 3 bulan belom di servis dan cuman di Purbalingga-lah tempat yang paling bagus "servicenya".

Sekalian nunggu karna antriannya bejibun, kesempatan aku untuk "hunt". Pertama ku langsung meluncur ke arah Kandanggampang. Disana sedang ada pembongkaran pasar Purbalingga yang sudah di pindah ke lokasi baru di Pasar Segamas. Menurut cerita orang, pasar Purbalingga yang sedang di bongkar merupakan pasar peningalan jaman Belanda tahun 1926.

www.banjoemas.com

Masih berjalan ke selatan, sambil mengingat-ingat waktu kecil (tahun 1990-an) dulu pernah ikut FORKI yang latihannya di lapangan tempat jemur rempah Gedung Gemit sekarang menjadi PT. Indokores Sahabat. Seingatku, dulu masih banyak ku lihat rel - rel yang membentang dari depan Gedung Gemit hingga keselatan. Dan juga masih ku lihat ada bangunan Stasiun berwarna pastel hijau tua. Sekarang Rel-rel itu sudah lenyap di timbun bangunan dan sebagian diambil oleh PT. KAI. Gedung Stasiun pun rupanya sudah di bongkar di jadikan jalan masuk ke sebuah pabrik baru bernama PT Boyang Industrial.
www.banjoemas.com
www.banjoemas.com
Masih berjalan ke arah selatan, sebuah kios bertingkat bertuliskan Stasiun Purbalingga membuatku terperangah. Kok masih ada setasiunnya ya, sedangkan kereta dan rel keretanya saja tidak ada, selidik punya selidik ternyata tempat jual tiket kereta aja, dan keretanya tetep naik di stasiun Purwokerto.

www.banjoemas.com
Dari sana, masih ke selatan lagi terdapat taman hijau. Yang terlihat masih ada rambu-rambu kereta dan sebuah jalur rel yang terlihat sebagian menikung ke arah utara menjauh dari jalan raya. Di sana sempat ngobrol dengan penduduk, "masih mas, sebenernya rel-rel itu masih ada di tempatnya cuman 99 persen sudah tertimbun di bawah bangunan baru.

www.banjoemas.com
Sayang sekali bangunan bangunan tua yang punya nilai sejarah tergusur dengan mudahnya oleh tank-tank industri yang sedang di dongkrak naik ke atas.

http://www.purbalinggakab.go.id/images/c4k/map/Kota-Pbg.jpg

Lanjutan susuran 17 08 2009
Dari Bekas Stasiun Purbalingga meluncur keselatan menyusur bekas Rel, tapi tak di temukan jejak hingga Sungai ****, baru disanalah saya menemukan jembatan rel diatas sungai ****, dari jembatan sungai **** hingga perbatasan Purbalingga - Banyumas sangat sulit menemukan jejaknya.
Namun setelah perbatasan, ku boleh tersenyum lagi, beberapa bagian rel masih terlihat sepasang berjajar, tapi sudah tidak keruan bentuknya. Terus keselatan sebelum tikungan Banjarsari ternyata rel menjauh dari jalan raya masuk ke perkampungan, bekas jalur rel berubah menjadi jalan kampung dan akhirnya jalan menikung masuk ke areal persawahan menuju stasiun Banjarsari.

Selanjutnya Menyusur Stasiun Banjarsari - Stasiun Klampok

Senin, 01 Juni 2009

Menyusur Rel Purwokerto - Sokaraja 2

Masih meneruskan penyusuran ketimur (Purwokerto – Sokaraja), ini masih menarik perhatianku sangat. Terutama setelah sekian lama ngendon di kantor dengan sederetan rangkaian kerjaan yang ngak pernah habis dan membosankan. Inilah saatnya, bercumbu dengan gundukan tanah dan besi besi tua yang tak terpakai lagi.

Masalah serius adalah Google Earth (pencitraan 7 Juni 2003) belum menampilkan secara jelas kota Sokaraja, Purbalingga Klampok sampai Banjarnegara. Ini masalah paling seriusku yang merupakan “GPSku” dan andalan dalam menengarai bekas jalur kereta sebelum terjun ke lokasi yabg sebenarnya.

www.banjoemas.com
Rangkaian rel yang tersisa melintas di jalan Karang Nanas

Jadi sore ini (28 Mei 2009) ku terpaksa bener-bener harus banyak nanya dan so mblusuk. Penelusuran berawal dari larinya rel dari jalan raya (deket perempatan sangkalputung), menuju ke selatan menyebrang jalan arah Karang Nanas. Kemudian bekas rel yang berubah menjadi gang terlihat menikung dan menyebrang lagi di jalan Sangkal Putung. Di dua perlintasan ini ku masih melihat ada nya rel yang masih teronggok melintang di badan jalan. Hanya itu dan gang lebar yang tersisa. Meluncur lagi ke timur, rupanya jalur telah tertutup perumahan warga hingga sebuah saluran irigasi yang agak lebar 2-3 meteran, disana terdapat sebuah jembatan kecil yang di jadikan ‘powotan’ (jembatan kecil) dan sebuah bekas jembatan kereta tua yang berlumut dan hamper tak berujud lagi.

www.banjoemas.com
Lintasan kereta di Sangjalputung dan jembatan yang menggunakan bekas jembatan rel

www.banjoemas.com
Bekas rel berubah menjadi jalan gang

Selidik punya selidik ternyata, dari sini rel bersebelahan dengan rel lorinya PG Kalibagor. Hanya berjarak sekitar 10han meter. Dan yang lebih menarik lagi bahwa kabel telepon masih terpasang rapi di sepanjang jalur ini. Jalur ini dahulu berada di belakang pemukiman warga yang menghadap jalan besar di Sokaraja, namun kini seiring berkembangnya kawasan pemukiman, bekas jalur rel ber alih fungsi menjadi jalan gang yang rapi terawat, luas dan lurus. Di sepanjang jalan gang masih terlihat beberapa pondasi jembatan, bantalan rel yang beralih fungsi menjadi jembatan di pekarangan rumah dan jembatan rel yang menjadi jembatan jalan.

purwokertoheritage
Sebuah jembatan yang memanfaatkan bekas jembatan rel

purwokertoheritage
Jalan terlihat menurun sejajar dengan tanah

purwokertoheritage
Bekas rel berada di samping pasar Sokaraja

purwokertoheritage
Reservoir (tandon air) Stasiun Sokaraja

Melanjutkan perjalanan kemaren sore, hari ini (29 Mei 2009) mumpung cerah ku langsung meluncur ke Sokaraja dan menuju ke posisi terahir. Setelah melewati Jembatan rel yang lumayan besar 2-3 meteran, jalur kereta terlihat menurun dan sampailah di pasar Sokaraja, melintasi jalan raya Sokaraja - Banyumas dan lebih kurang 75 meter kearah timur sampailah di bekas Stasiun Sokaraja. Bangunan bekas Stasiun ini masih terawat baik dan masih di fungsikan sebagai gedung …, beberapa meter kea rah barat terdapat tandon air yang terlihat masih asli dan terlihat tak terawat. Bahkan di belakangnya sudah tertanam bangunan baru (jadi sebentar lagi bangunan tendon ini akan di musnahkan), walau perumahan penduduk sudah memadati kawasan bekas Stasiun ini dan tidak nampak adanya rel satupun melintang disana, tapi menurutku ini sudah cukup baik dari tempat2 lain seperti di Purbalingga dan Banjarsari.

purwokertoheritage
Bangunan stasiun Sokaraja dan pintu gudangnya

purwokertoheritage
Bangunan stasiun Sokaraja dan bekas istalasi listrik 110

Dari sana penyusuran ku lanjutkan ke arah Banjarsari. Bekas jalur rel masih kelihatan bahkan masih ada beberapa potong rel yang masih tertanam disana dan banyak bantalan rel yang di jadikan ‘powotan’. Jalur terlihat menikung dan ternyata melewati sebuah sungai yang lumayan besar dan jembatan yang sekarang digunakan menjadi jembatan penyebrangan, masih terlihat kokoh walau kalau kita deketin ya sebenernya dah mulai keropos. Setelah menyebrangsungai dan melintasi jalan kea rah Kali Cupak jalur kereta masuk ke pemukiman dan tertimbun tanah atau sudah dibangun bangunan baru, namun tak banyak. Beberapa puluh meter rel sudah kelihatan lagi tapi sudah berpindah posisi sekitar 4-5 meteran dan di jadikan pembatas paving blok gang. Dari sana Jalur kereta keluar pemukiman dan kembali sejajar dengan jalan raya Sokaraja – Purbalingga.

purwokertoheritage
Bekas bantalan rel SDS digunakan sebagai jembatan diatas selokan

purwokertoheritage
Jembatan SDS diatas kali Pelus di jadikan jembatan penyebrangan warga

Selanjutnya Menyusur Stasiun Purbalingga - Stasiun Banjarsari

Sampai sini dulu penyelusuranku ...
Mo ngantor dulu neeh.

Revisi gambar 21 Juni 2011

Senin, 18 Mei 2009

Peta Kuno Karesidenan Banyumas

purwokertoheritage

Sebuah peta Karsidenan Banyumas yang di bikin pada jaman belanda pada tahun 1857.
Karsidenan Banyumas ini terbagi menjadi 5 region dan masing masing region di bagi menjadi beberapa distrik. Pembagian yang sangat berbeda dengan konsidi wilayah sekarang.
Mungkin ini region-region yang di bikin Belanda untuk memudahkan dalam memecah belah bangsa Indonesia pada waktu itu.

Pembuat: Versteeg, WF Versteeg, WF

Judul:Kaart der Residentie Banjoemas, 1857 [cartographic material] / te zamengesteld door WF Versteeg ; geteek. Cronenberg id Wolff.Scale :[1:560,947] Skala [1:560,947]

Penerbit: Batavia;Uitgegeven bij van Haren Noman & Kolff, [1857] (Breda [Holland] : Lithogr. Estab. v. A.J. Bogearts)

Tanggal: Tahun 1857

Deskripsi fisik:29,9 x 36 cm., Lembar 38 x 49,3 cm.

Catatan:Awalnya sebuah kesultanan, terletak di pulau Jawa, Indonesia. Peta mencakup divisi administratif dan kota. Relief ditunjukkan dengan hachures, shading dan ketinggian tempat.Di kanan atas peta: Atlas van Nederlandsch Indie. From: Algemeene atlas van Nederlandsch Indie / door P. Melvill Baron van Carnbee id WF Versteeg. Batavia: Haren Noman dan Kolff, 1853-62.

Pelajaran :Banjumas (Indonesia : Residency) -- Maps, Topographic.Banjumas (Indonesia : Residency) -- Administrative and political divisions -- Maps.Banjumas (Indonesia : Residency) -- 1857 -- Maps. Sumber www.nla.gov.au

Untuk pemesanan peta (detail OK) dalam bentuk digital print hubungi vj_milo@yahoo.com atau tinggalkan pesan pada ShoutMix di samping.

Kamis, 14 Mei 2009

Perusahaan Kereta Api Jaman Belanda

Perusahaan2 Kereta Api 1607.

Status Perusahaan², Kereta Api jang ada sekarang terdiri dari 3 matjam :
1. Djawatan Kereta Api (D.K.A.) jang merupakan perusahaan negara sepenuhnja. (dahulu staats spoorwegen = SS.).
2. 11 (sebelas) perusahaan kereta api milik Belanda di Djawa, jang menurut perdjandjian A. (Perdjandjian antara Pemerintah Federaal dahulu dengan kesebelas Perusahaan tersebut) sedjak tanggal 1 Djanuari 1946 diselenggarakan (in beheer) oleh Pemerintah. Perusahaan2 tersebut ialah :
1. Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappy (N.I.S.).
2. Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappy (S.C.S.).
3. Semarang-Joana Stoomtram Maatschappy (S.J.S.).
4. Serajoedal Stoomtram Maatschappy (S.D.S.).
5. Oost-Java Stoomtram Maatschappy (O.J.S.).
6. Kediri Stoomtram Maatschappy (K.S.M.),
7. Malang Stoomtram Maatschappy (M.S.).
8. Pasoeroean Stoomtram Maatschappy (Ps, S.M.).
9. Pasoeroean Stoomtram Maatschappy (Ps. S.M.).
10. Probolinggo Stoomtram Maatschappy (Pb.S.M.).
11. Madoera Stoomtram Maatschappy (Mad.S.M.).
Sebelas perusahaan tersebut diatas berdasarkan Undang² no, 86 tahun 1959 jo. Peraturan Pemerintah no. 40 tahun 1959 tanggal 25 Djuli 1959, dinasionalisasikan.
3. Perusahaan Kereta Api milik Belanda di Sumatera, jaitu Deli Spoorweg Maatschappy (D.S.M.) jang berdasarkan Undang² no. 86 tahun 1959 jo. Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 1959 tanggal 25 Djuli 1959, harus dinasionalisasikan.

Data diambil dari www.bappenas.go.id

Bandara Wirasaba 1946-1950

www.banjoemas.com

Bandara Wirasaba dengan latar belakang Gunung Slamet sedang meningkatkan landasannya sehingga memungkinkan pendaratan kenegaraan.


www.banjoemas.com

Komite audit Cina yang berangkat dari bandara Wirasaba dengan Dakota ke Batavia setelah kunjungan ke daerah-daerah sekitar Banjoemas.

www.banjoemas.com

Pesawat Dakota menurunkan cadangan pasokan untuk Tentara di Pertempuran di bandara Wirasaba.

www.banjoemas.com

Pesawat Dakota menurunkan cadangan pasokan untuk Tentara di Pertempuran di bandara Wirasaba.

www.banjoemas.com

Pesawat Dakota mendarat di bandara Wirasaba membawa perlengkapan untuk Tentara di Pertempuran.

www.banjoemas.com

Pesawat Dakota mendarat di bandara Wirasaba membawa perlengkapan untuk Tentara di Pertempuran.

www.banjoemas.com

Berkaitan dengan diskusi dengan beberapa komandan TNI, maka sultan Djogja mengunjungi Poerbolinggo, Poerwokerto dan Banjoemas. Setelah kedatangan Sultan di bandara Wirasaba dismbut oleh Presiden dari Komite Bersama Lokal, Mayor AS F.R.W. Hall.

www.banjoemas.com

Para wakil consulat Cina, di bandara Wirasaba berpamitan dengan humas tentara setelah kunjungan ke daerah-daerah sekitar Banjumas.

Data diambil dari www.geheugenvannederland.nl

ANIEM Banjoemas tahun 1946-1950

Proyek ini dibangun oleh N. V. A.N.I.E.M (Algemeene Nederlandsen-Indische Electriciteit Maatschappij) wilayah kerja Karsidenan Banyumas tahun 1940. Pembangkit ini mengaliri listrik di Purwokerto, Sokaraja, Purbalingga, Trenggiling (Rumahsakit Zending), Banyumas, Maos, Cilacap, Kroya, Sumpyuh hingga Gombong, Kebumen dan Kutowinangun.(Baca selengkapnya disini)


Pada masa pendudukan Jepang atas Jawa dan Purwokerto pembangkit ini sempat dikuasai oleh Jepang. Namun pada arsip Belanda tahun 1946 - 1949 dimana agresi militer I maupun II dinyatakan bahwa pembangkit listrik Ketenger di fungsikan kembali. Dan berikut beberapa foto yang di ambil dari beeldbank.nationaalarchief.nl dimana tentara (NICA) sedang berada di lokasi pembangkit Ketenger untuk menggembalikan fungsi dan melakukan perbaikan. Kemudian pembangkit ini di jaga oleh militer sebagai komponen penting militer.



Foto pekerja pusat ANIEM di Ketenger (1949)










Membedakan foto belanda sebelum kedatangan Jepang adalah bahwa foto dibuat secara serius dan muatan foto lebih kepada keberhasilan pembangunan atau sebuah bangunan sedang di bangun oleh pribumi, namun foto pada kedatangan Belanda pada agresi militer I dan II sangat terlihat bahwa obyek foto lebih jurnalism, obyek lebih banyak menyorot pada tentara Belanda.


Data diambil dari
beeldbank.nationaalarchief.nl


Stempel Pos Banjoemas Jaman Belanda

purwokertoheritage

purwokertoheritage

Surat tercatat Poerbolingo (Purbalingga) Banjoemas 20-2-1891 ke Batavia dengan Franco cap.
dan kedatangan surat cap Batavia 23-2-1891.

purwokertoheritage

purwokertoheritage

Surat dari Banjoemas 18-3-1882 ke Semarang.
dan kedatangan surat petikan dan cap stempel 20-3-1882 Ambarawa Semarang 20-3-1882.

purwokertoheritage

purwokertoheritage

Surat dari Banjoemas 13-5-1881 ke Semarang.
dan kedatangan surat cap Semarang 15-5-1881.


Data diambil dari situs berbahasa Belanda www.puntstempels.nl dan di translate dengan bantuan translate.google.com.

Rabu, 06 Mei 2009

Menyusur Rel Purwokerto - Sokaraja 1

Penyusuran pertama dimulai dari Stasiun timur yang sekarang sudah di bongkar dan di jadikan ruko PJKA. Letak pintu masuk stasiun berada tepat di pertigaan Jl. Merdeka - Jl. Jend. Sudirman, atau sekarang sudah dibangun Paparons pizza.

Saya masuk ke bekas stasiun dari arah rumah makan Kabayan, disana terdapat sebuah rel yang ujung satunya ke arah stasiun dan yang satunya menuju ke Jl. Jend. Sudirman. Di lokasi bekas Stasiun Timur masih terdapat barisan rel yang mungkin memang belum berubah dari dulu, terdapat beberapa buah gerbong barang yang masih berdiri dan ditinggali oleh "orang tak berumah". di sisi lain terdapat juga beberapa gerbong yang mungkin sengaja di gulingkan. Beberapa rambu dan wessel yang masih bisa di oprasikan.

banjoemas

banjoemas

banjoemas

banjoemas

banjoemas

Penyusuran kedua saya mencoba untuk berkeliling (masih sekitar stasiun timur), diantaranya terdapat gudang dolog, sebuah gudang tertutup dan beberapa bangunan yang tidah berpenghuni. Ada sebuah objek menarik disana, yaitu sebuah pompa bensin kuno berwarna kuning, sangat antik dan saya mencoba mengambil gambar lebih dekat, ternyata disana terdapat beberapa orang berseragam seperti tentara, wew ... pasti urusannya bakalan rumit!. Tapi saya beranikan diri untuk meminta ijin, dan bener juga, " Masnya harus punya ijin dari Danrem, kalau kami hanya menjalankan tugas dan perintah saja ...!". (Huff ...)

banjoemas

Penyusuran Ketiga saya meluncur ke Jl. Jend. Sudirman, tepatnya dari TM. Kabayan, disana masih terdapat 2 jembatan rel kecil yang sudah mulai tertimbun tanah dan bangunan, karena bentuknya melintang saya kurang paham apakah rel yang ke arah timur yang menuju jl. Jend. Sudirman langsung menyebrang ke bahu jalan sebelah utara (depan kantor Pos Besar) atau masih ketimur lagi perlintasannya?.

Masih terus menyusuri Jl. Jend. Sudirman sampai ke perempatan Pasar Wage, disana sudah tidak ada bekas-bekasnya. Dan dari perempatan itulah masih di jumpai lapisan aspal berbeda selebar rel kereta. Seingatku memang rel keretanya lewat bahu jalan sebelah utara seperti foto kuno yang aku dapatkan dari rekan kerjaku dari BMS tv. Kalau jaman dulu sebelah timur utara adalah terminal angkutan umum (sekarang ruko moderen pasar Wage). Kalo kita lihat dari foto kunonya terdapat dua bangunan pas di pojok sebelah barat utara yang sampe sekarang masih terjaga keasliannya.

banjoemas

banjoemas

banjoemas

banjoemas

Kita lanjutkan ke arah timur Jl. Jend. Sudirman sampe pertigaan ke arah mersi, rel kereta membelok ke pojok sebelah timur (Sebelah Kondang Motor), yang kalau kita lihat sekarang seperti sebuah gang kecil, tapi kalu kita lihat lebih teliti kebawah masih terlihat rel yang memanjang menikung sampai ke Berkoh. Masih banyak bagian dari rel yang menyembul ke permukaan, dan masih juga terdapat beberapa jembatan rel diatas selokan.

banjoemas

banjoemasSampai ke bundaran air mancur rel menyebrangi jalan (sudah nggak tertimbun aspal) dan masuk ke perkampungan sebelah selatan jalan. Tidak seberapa jauh dari lintasan jalan raya rel melintas diatas sungai (jembatan masih bagus) dan masuk ke perkampungan lagi. Walaupun bekas rel beralih fungsi menjadi gang kecil tapi mulai disini saya sangat kesusahan mencari bekas-bekas relnya, sampai beberapa kali nanya ke orang, yang ternyata setelah melintasi jalan beraspal rel sudah tertutup bangunan permanen tepat di atasnya, menjadi selokan air dan di jadikan pondasi rumah warga kira kira 1 meter dibawah permukaan tanah. Ini sangat di sayangkan banget.

Dari sini rel bener-bener jadi selokan dan tenggelam di persawahan penduduk. Karena saya pikir ini nggak akan berhasil menyusurinya lagi, saya langsung menuju jalan Suparjo Rustam, dan memang disana juga sudah tidak ada lagi bekas-bekasnya, tapi dulu pada tahun 1999 saat masih kuliah D1 di Purwokerto disana masih terdapat sebuah jalur yang hanya terdapat di bahu jalan sebelah selatan, yang saya yakin dulu adalah jalan kereta api.

banjoemas

banjoemas

Penyusuran keempat sepanjang Jl. Suparjo Rustam sebelum sampai di perempatan Sokaraja masih terdapat rel yang menikung menjauh dari perempatan, tembus dan melintang di jalan ke arah Depo Pelita (Karang Nanas).

Selanjutnya Menyusur Jalur Kereta Purwokerto - Sokaraja 2

Mungkin segini dulu cerita trackingnya, ini sudah sangat membuat lega hatiku karna masih bisa menulis segini panjang hehehehe ... Tracking dilakukan dalam waktu 4 kali tidak berurutan karena memang susah atur jadwalnya. Sebenarnya banyak foto yang sudah saya persiapkan untuk melengkapi tulisan saya tapi memang belum ketemu waktu yang cocok buat aplotnya.
Terimakasih banget buat Istri dan anakku (1 tahun) yang sudah ikut dalam "Program Tracking Ayah".

Sebagai catatan ternyata setelah ku browsing di Internet dan sumber mulut ke mulut, rel jalur Purwokerto Sokaraja ini dulu adalah milik SDS (Serajoedal Stoomtram Maatschappy) yang di resmikan pada tanggal 5 Desember 1896 untuk jalur Purwokerto-Sokaraja. Pembangunannya dimulai pada bulan Mei 1895 dengan modal sebesar F 1.500.000 dibawah pimpinan pimpinan Ir.C.Groll. Sebenernya jalur yang di buat secara berturut adalah jalur panjang dari Maos-Purwokerto-Sokaraja-Banjarsari-Purwareja-Banjarnegara dan akhirnya sampai ke wonosobo.

Data diambil dari basundoro.blog.unair.ac.id