Pada tahun 1888 di afdeling Purbalingga (sekarang kabupaten) mulai dibangun perkebunan dengan nama Cultuur Maatschappij Poerbolinggo yang di dalamnya terdapat dua buah pabrik gula oleh McNeill & Company Semarang. McNeill & Company merupakan perusahaan yang sudah sangat berpengalaman dalam berbisnis gula (pasir) dan perkebunan tebu. Pabrik gula pertama dibangun di desa Bojong (Bodjong) di distrik Purbalingga dengan nama pabrik gula Bojong (Sf. Bodjong) namun nama aslinya adalah Penisihan. Kemudian pabrik gula kedua dibangun di desa Kalimanah distrik Purbalingga bernama pabrik gula Kalie Klawing (Sf. Kaliklawing/Sf Kalimanah).
Fasad pabrik gula Bojong |
Peta sf Kalimanah (sf Kaliklawing) dan sf Bojong |
McNeill & Company sebenarnya hanya pemilik dari seperempat saham, keseluruhan saham adalah f1000 yang dimiliki oleh McNeill & Co (f100), C.W. Baron Van Hecekeren (administratur Sf. Ardjowinangoen) (f50), Dr. E.H.L Ostermann (Administratur Sf. Djeroekwangi/Bandjaran (Pemilik hak tanah sewa)(f50), J.M. Pijnacker Hordijk (f50), W.B. van Groenou (f28), D.W.F. Maxwell (Pemilik sebagian tanah dan infestasi mesin-mesin) (f27), C.L.F. Monod de Froideville (f25), D.D. Fraser (f25), F.J.H. Soesman (f15) dan f10 lainnya adalah Mirandolle dan Voütc & Co.
Cultuur Maatschappij Poerbolinggo (Perusahaan perkebunan Purbalingga) membangun kedua pabrik ini dengan susah payah karena kedua lokasi pabrik ini masih merupakan wilayah pedalaman di sekitar tahun 1890an. Satu-satunya jalan tercepat yang bisa menghubungkan dengan pelabuhan Cilacap (Tjilatjap) adalah menggunakan jalur transportasi air yaitu sungai Klawing dan sungai Serayu dan menyambung melalui Sungai Yasa (Sungai Buatan) di antara hilir sungai Serayu dan selat Donan. Dari itulah salah satu dari dari pabrik gula yang di bangun diberi nama pabrik gula Kali Klawing.
Cultuur Maatschappij Poerbolinggo mengangkat administratur pertamanya adalah J. Sayers dan karena alasan kesehatan pada tahun 1893 tuan Sayers hanya mau menjabat sebagai penasehat saja, bertepatan dengan diajukannya proposal penghapusan Cultuur Maatschappij Poerbolinggo karena saham sebagian besar sudah di kuasai oleh Cultuur Maatschappij Kalie Klawing dan posisi administratur kemudian digantikan oleh Hendrik Conrad Carel Fraissinet (H.C.C. Fraissenet) yang menjabat hingga pada tahun 1915. Kemudian administratur dijabat oleh G.L. Hovenkamp.
Rumah administratur sf Bojong |
Hendrik Conrad Carel Fraissinet menikah dengan Philippina Francina Deibert dan mempunyai satu anak perempuan bernama Lamberta Christina Fraissinet (18-11-1911 di Poerbolinggo dan meninggal 30-06-1965 di Gravenhage). Dan kemudian Lamberta Christina Fraissinet menikah dengan Nicolaas Bessem; lahir pada 17-1-1902 di Bergen dekat Zoom, meninggal 18-12-1985 di Amersfoort dan mempunyai 3 anak yaitu Nicolaas Dirk Bessem, Conradia Wilhelmina Bessem dan Herman Bessem.
Bagian dalam pabrik gula Bojong |
Mesin pompa elektrik pabrik gula Bojong |
Ketel pemanas pabrik gula Bojong |
Peralatan-peralatan berat yang di datangkan dari Eropa semua di kirimkan melalui jalur Air. Salah satu pemasok peralatan-peralatan pabrik juga merupakan pemilik modal kedua pabrik gula ini yaitu D.W.F. Maxwell. Dan karena kepemilikan saham di beberapa pabrik gula di Jawa sehingga pada tahun 1908 menjabat sebagai Dewan Sindikat perlindungan properti industri.
Pabrik gula Bojong mulai beroprasi pada tahun 1891 dengan menggunakan aliran sungai Gringsing untuk air bersihnya dan pembuangannya menggunakan aliran sungai Salak, namun di dalam kompleks pabrik terdapat beberapa sumur berukuran besar yang digunakan untuk menambah kebutuhan air bersih pabrik. Sedangkan pabrik gula Kalimanah menggunakan aliran sungai Ponggawa untuk memenuhi kebutuhan air bersih pabriknya
Perkebunan Tebu Jaringan Rel Lorie
Perkebunan tebu pabrik gula Bojong meliputi Bancar, Penaruban, Kaligondang, Sempor, Jetis, Toyareka, Penambongan, Padamara, Kalimanah, Blater, Kedungwuluh, Grecol, Kembaran Kulon, Brobot, Bojongsari, Kutasari. Demikian juga jaringan rel lori tebu pabrik gula setelah menyebar hingga perkebunan-perkebunan. ini permanen dan Decauville (bongkar pasang) tersebar hingga mencapai perkebunan-perkebunan itu.
Emplasemen bongkar muat tebu di selatan pabrik |
Jembatan lori yang dibangun bersama antara pg Bojong dan BOW Banjoemas, jembatan ini juga berfungsi untuk melintas penduduk diatas sungai Klawing Sumber Tropenmuseum |
Sebuah rangkaian lori pg Bojong melintas diatas jembatan diatas sungai Klawing Sumber Tropenmuseum |
Jalur lori wilayah bancar dan Penaruban |
Jalur lori daerah Bojong |
Jaringan lori wilayah Kalimanah |
Jaringan rel daerah Kedungwuluh |
Jaringan rel daerah Padamara |
Jalur rel lori yang menuju ke perkebunan di daerah Walik, Kutasari hingga Metenggeng Sumber Tropenmuseum |
Jaringan lori daerah Purbalingga Kulon dan Karangsentul |
Peta tahun 1901 |
Beberapa tahun setelah beroperasi angka hutang perusahaan terus meningkat hingga perusahaan harus melunasi hutang dan bunganya senilai f 420.000. Hingga pada tahun 1894 perusahaan berinisiatif untuk mengganti anggaran biaya dengan menghapus separuh saham asli. Saham dari laba dikeluarkan untuk menggantikan saham biasa dan saham milik pendiri, dan kemudian diterbitkannya saham istimewa senilai f 1.200.000. Pada masa inilah kemudian pabrik gula Kalimanah di tutup dan menjadi Bodjong Cultuur Maatschappij.
JARINGAN SDS
Jaringan kereta uap lembah Serayu baru di bangun pada tahun 1889 dan di resmikan pada 1 Juli 1900, sembilan tahun setelah pabrik ini di bangun baru jaringan kereta api baru di resmikan. H.C.C Fraissinet adalah salah satu dari sekian administratur pabrik gula di Banyumas yang mengusulkan adanya SDS (Serajoedal Stoomtram Maatschapij), yang menghasilkan perjanjian antara pabrik dengan SDS antara tahun 1895 - 1940, dan dikaji ulang pada tahun 1906 dan 1908.
Pabrik gula Bojong dengan bekas pabrik gula Kalimanah terhubung dengan sebuah jalur rel lori yang melewati yang melewati persawahan Toyareka dan persawahan Blater. Setelah penggabungan bekas pabrik gula Kalimanah hanya berfungsi sebagai gudang akhir sebelum gula di kirim melalui SDS. Rel SDS yang menghubungkan pabrik dengan SDS
Jaringan kereta uap lembah Serayu baru di bangun pada tahun 1889 dan di resmikan pada 1 Juli 1900, sembilan tahun setelah pabrik ini di bangun baru jaringan kereta api baru di resmikan. H.C.C Fraissinet adalah salah satu dari sekian administratur pabrik gula di Banyumas yang mengusulkan adanya SDS (Serajoedal Stoomtram Maatschapij), yang menghasilkan perjanjian antara pabrik dengan SDS antara tahun 1895 - 1940, dan dikaji ulang pada tahun 1906 dan 1908.
Pabrik gula Bojong dengan bekas pabrik gula Kalimanah terhubung dengan sebuah jalur rel lori yang melewati yang melewati persawahan Toyareka dan persawahan Blater. Setelah penggabungan bekas pabrik gula Kalimanah hanya berfungsi sebagai gudang akhir sebelum gula di kirim melalui SDS. Rel SDS yang menghubungkan pabrik dengan SDS
Peta SDS, Sf. Kalimanah dan sf Bojong
Perusahaan telah berkembang menjadi tiga kali lipat baik dilihat dari ukuran pabrik dan kapasitas produksinya. H.C.C. Fraissinet telah benar-benar bekerja dengan baik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gula.
H.C.C. Fraissenet menurut Locale Belangen, 16 September 1914 pada tahun tersebut menjadi anggota Dewan Perwakilan Banyumas.
MASA MAILESE
Pada masa kepemimpinan administratur M Fohlil tahun 1928 mengalami penurunan produksi karena gula tidak lagi bisa di ekspor ke Eropa dengan mudah, karena perang yang berkecamuk di Eropa melebar ke seluruh negara di Eropa. Pabrik benar-benar berhenti produksi pada tahun 1930 hingga tahun 1934, setelah keadaan ekonomi mulai membaik pada tahun 1934 justru pabrik diputuskan untuk ditutup dan asetnya digabungkan dengan pg Kalibagor.
Pada masa kepemimpinan administratur M Fohlil tahun 1928 mengalami penurunan produksi karena gula tidak lagi bisa di ekspor ke Eropa dengan mudah, karena perang yang berkecamuk di Eropa melebar ke seluruh negara di Eropa. Pabrik benar-benar berhenti produksi pada tahun 1930 hingga tahun 1934, setelah keadaan ekonomi mulai membaik pada tahun 1934 justru pabrik diputuskan untuk ditutup dan asetnya digabungkan dengan pg Kalibagor.
MASA JEPANG
Lokasi bekas pabrik gula Bodjong yang sudah kosong semenjak tahun 1934 ini pada masa Jepang dijadikan interniran untuk warga Belanda dan Eropa. Pada masa revolusi kemerdekaan pun kembali dijadikan interniran. Tanggal 8 Desember 1945 orang-orang Belanda dan Eropa laki-laki dan anak laki-laki yang sebelumnya di Internir di Purwokerto dipindahkan ke bekas pabrik gula Bojong. Bangunan yang dijadikan interniran awalnya hanya menggunakan tiga bangunan pabrik yang sudah kosong yaitu blok A, B dan C. Namun karena banyaknya penghuni maka pada awal Februari 1946 di buka lagi satu gedung yang lokasinya berada di sebelah barat pabrik untuk dijadikan blok D.
Interniran yang berkapasitas 350 orang ini kondisinya sangat buruk meskipun ditunjuk seorang dokter untuk mengelola yaitu Dr A.C. Zwaan, karena memang tidak ada biaya dan persediaan yang dialokasikan pemerintah. Penghuni pada awalnya hanya tidur di lantai tanpa alas, namun kemudian disediakan kayu-kayu untuk alas tidur. Bekas pabrik ini juga tidak tersedia listrik dari EMB (Electric Maatschapij banjoemas), persediaan makanan yang buruk dan keran air hanya terdapat satu. Interniran ini juga tidak disediakan perawatan medis dan obat-obatan, hanya penghuni yang mengidap penyakit parah yang dibawa ke rumah sakit Zending Trenggiling. Selama interniran ini beroprasi terdapat 4 orang yang meninggal karena malaria. 29 Maret 1946 interniran ini di evakuasi ke interniran yang lebih baik yaitu di bekas pabrik gula Klampok (Sf. Klampok)
MASA PERANG KEMERDEKAAN
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945 dan Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Kedatangan Sekutu Amerika bersama dengan Belanda membuat Indonesia Baru bergejolak. Purbalingga pada masa itu adalah wilayah pergerakan Nasionalis (Pejuang Indonesia). Dikarenakan masih banyaknya orang-orang Belanda dan Eropa yang dilepaskan dari inernir Jepang yang tinggal di Purbalingga dan sekitarnya, maka para pejuang berinisiasi untuk menginternir mereka lagi karena ditakutkan akan menjadi antek dan bergabung dengan pasukan Belanda yang baru datang.
Beberapa foto yang berhasi di himpun dari internet terkait orang yang pernah tinggal di pabrik gula Bojong
Foto Nicolaas Lawrence dan Jansje pada tahun 1915 sumber deindischeadams.nl |
Lucien dan Jet jr pada tahun 1922 sumber deindischeadams.nl |
Helen R en Nico pada tahun 1914 sumber deindischeadams.nl |
Beberapa orang Belanda dan Eropa yang pernah menjadi karyawan di pabrik gula Bojong yang berhasil di himpun penulis ;
- Willem Karel Alfred Versteegh (lahir di Perkebunan Soember Tempur Rejo, 5 Maret 1897)
- Johan Gerard van Rossum (lahir 7 Desember 1878 di Arnhem - Meninggal 2 April 1939 di Beausoleil, Alpes Maritimes, usia 60 tahun)
- C. J. Cutler bekerja sebagai masinis lokomotif lori.
- H. Cordes,
- L. Faber
- C. Kempf
- G. Zacher
- Helen R
Terimakasih pada Dr. Ir. Krisprantono, MA. untuk suport dan koreksinya
Daftar pustaka ; hubungi penulis jatmikow@banjoemas.com
14/07/18 - 18/05/20