Rabu, 03 Juli 2013

Kerkhof Kota Banyumas


Setelah berdirinya kota Banyumas sebagai pusat kota Karsidenan Banjoemas, ratusan orang Belanda datang ke Banyumas sebagai pegawai pemerintahan, pegawai swasta dan militer. Mereka tinggal dan menetap di kota Banyumas semenjak 1830 hingga 1942, dan terpotong pada masa kekuasaan Jepang dan kemerdekaan kemudian menyambung lagi pada masa Bersiap atau masa Agresi Militer I dan II dari tahun 1946 - 1948.

Seperti halnya kota yang lain yang di bangun oleh Belanda, juga terdapat fasilitas kerkhof yang di khususkan untuk orang Belanda. Kerkhof atau kuburan ini selalu berbeda dan dipisahkan dari Kuburan Jawa (Pesarean), Tionghoa (Bong) dan Belanda/Eropa (Kerkhof). Kerkhof Banjoemas berada di bukit sebelah selatan kota Banyumas bernama Kebokoening (Kebokuning).

Selama masa kolonial bukit ini di penuh dengan nisan-nisan Belanda dari kaki Bukit hingga puncak Bukit. Pada masa Bersiap atau Agresi Militer I dan II Kerkhof ini kembali ramai digunakan oleh militer Belanda sebagai tempat mengubur tentara KNIL yang mati dalam perang.

Berikut dokumentasi Militer Belanda pada masa Agresi Militer

banjoemas heritage
Bukit Kebokuning

banjoemas heritage
02

banjoemas heritage
03

banjoemas heritage
04

banjoemas heritage
05

banjoemas heritage
06

banjoemas heritage
07

banjoemas heritage
08

banjoemas heritage
09

banjoemas heritage
10

banjoemas heritage
11

banjoemas heritage
12

banjoemas heritage
13

banjoemas heritage
14

banjoemas heritage
15

banjoemas heritage
16

banjoemas heritage
17

banjoemas heritage
18

banjoemas heritage
19

banjoemas heritage
20

banjoemas heritage
21

banjoemas heritage
22

banjoemas heritage
23

banjoemas heritage
24

banjoemas heritage
25


Sekarang kompleks Kerkof Banyumas sudah berubah lahan menjadi Sekolah Menengah Pertama.

Kuburan Belanda di kota lain
- Kerkof Purwokerto
- Kerkof Klampok
- Kerkof Kalibagor
- Kerkof Cilacap


Selasa, 02 Juli 2013

Stasiun SDS Purwokerto Timur

Memenuhi permintaan pengunjung blog dan follower mengenai masa lalu Stasiun Timur Purwokerto maka dengan senang hati dan sedikit kerepotan akhirnya tulisan ini saya publish.

Stasiun Timur adalah stasiun milik Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) di kota Purwokerto yang di bangun pada tahun 1893 - 1896 lebih tua 22 tahun dibandingkan dengan Stasiun milik Staats Spoorwagon (stasiun Purwokerto sekarang). 

Stasiun ini dibangun pada tahap pertama pembangunan jalur SDS. Melalui surat keputusan Pemerintah Belanda Gvt. Besl. 23 Desember 1893 no. 6, jalur yang di bangun adalah Maos - Purwokerto Timur sepanjang 29 km yang baru diresmikan pengoperasinya pada tanggal 16 Juli 1896. Jalur ini melewati kota Maos - Rawalo - Panisinan - Tinggartugu - Glempong - Tinggardengkol - Gringging - Sampang - Kebasen (Gambarsari) - Patikraja - Sidabowa - Tanjung - Purwokerto Timur.
Stasiun Timur adalah stasiun pertama yang di bangun di kota besar dibandingkan dengan kota-kota lain di sepanjang jalur itu, maka dibangunlah dipo sebagai pendukung untuk perbaikan dan perawatan kereta. Stasiun Maos adalah stasiun milik Staats Spoorwagon yang di bangun pada tahun 1887, dan  SDS hanya mendompleng dengan sebuah halte kecil di sisi Utara Stasiun yang sekarang menjadi halte Pertamina. Stasiun Timur juga terhubung dengan Stasiun Besar (SS) setelah pembangunannya pada tahun 1918.
Banjoemas Heritage
Stasiun Timur SDS

Banjoemas Heritage
Stasiun Timur SDS

banjoemas.com
Setasiun Timur Purwokerto (Sumber Wikipedia)

Banjoemas Heritage
Stasiun Timur SDS Pada masa Agresi Militer Belanda (1946-1948)

Stasiun Timur adalah stasiun besar dan ramai, hingga dibangun juga Hotel Tram di depan Stasiun Timur. Dimana penumpang bisa transit semalam sebelum melanjutkan perjalanannya kesesokan harinya, karena kereta masa itu tidak beroprasi pada malam hari.

Banjoemas Heritage
Tram Hotel
(Sumber www.delcampe.net)
Banjoemas Heritage
Tram Hotel

Banjoemas Heritage
Tram Hotel


Foto Dokumentasi diambil dari :
Spesial thanks buat cak Priambodo Prayitno (Olivier Johannes) untuk foto-foto dalam kartupos.
Tropenmuseum Royal Tropical Institute
www.indiegenggers.nl
www.delcampe.net 
www.gahetna.nl
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.

Minggu, 23 Juni 2013

Suikerfabriek Kalibagor

Suikerfabriek Kalibagor atau Pabrik Gula Kalibagor yaitu perusahaan gula pertama yang di dirikan di wilayah karsidenan Banyumas dan beroprasi paling lama di bandingkan dengan pabrik gula yang dibangun setelahnya seperti Suikerfabriek BodjongSuikerfabriek Klampok, Suikerfabriek Poerwokerto dan Suikerfabriek Kaliredjo

Pabrik ini didirikan pada tahun 1839 oleh Sir Edward Cooke, setelah setahun sebelumnya telah di coba untuk ditanam perkebunan Tebu di Kalibagor. Sir Edward Cooke lahir di Pulau Pinang dan meninggal di Kalibagor pada 24 Februari 1847, dan di istirahatkan di Belakang Pabrik bersama dengan menantunya Alida Geertruida Frederika Busselaar istri Edward Cooke Junior. Kuburan bayi laki-laki satu-satunya adalah anak dari pasangan J.J.D Ottenhoff (Kepala Mekanik) dan N. Van Gederen Stort. (Baca kuburan belanda pabrik gula Kalibagor)

Sir Edward Cooke hanya menjalankan pabrik ini selama 9 tahun di Kalibagor karena beliau meninggal pada tahun 1847 dan di gantikan oleh anaknya yaitu Edward Cooke Jr. (Junior) dari istri kedua Sir Edward CookeEdward Cooke Jr. memperistri Alida Geertruida Frederika Busselaar, namun sayang baru menikah selama 5 bulan 21 hari meninggal dunia, dan menikah kembali pada 26 Juni 1852 dengan Anna Paulina Greuder. 
Pabrik ini juga pernah dipimpin oleh beberapa administratur diantaranya bernama P.C. JonkersJ.A. Pietermaat. dan J. Pool
Pabrik ini didirikan beserta perumahan pegawainya yang berada di seberang jalan dan selatan pabrik. Menurut sejarah daerah Kalibagor dan Sokaraja (Soekaradja) dulu merupakan kota industri yang lumayan ramai, bahkan lebih ramai dari Purwokerto sebelum pemerintahan di pindah dari banyumas ke Purwokerto pada tahun 1936. Disana juga terdapat pabrik Keramik, pabrik Kuningan, pabrik Tapioka dan beberapa perusahaan milik warga Tionghoa.

Pada awal diberdirikannya pabrik ini menggunakan teknologi tradisional dengan menggunakan tenaga manusia dan hewan. Begitu juga bentuk transportasi pengangkutan batang tebu dari perkebunan tebu yang tersebar di wilayah Sokaraja, Purwokerto, Ajibarang, dan bahkan seberang sungai Pelus. Pada awal penggunaan lori pun belum menggunakan lokomotif tapi masih menggunakan tenaga manusia dan hewan.

Sebagai pioner pabrik gula di karsidenan Banyumas, pabrik ini juga yang berjasa atas di bangunnya jalur kereta Serajoedal Stoomtram Maatscapij (SDS) sebagai revolusi transportasi, setelah 57 tahun hanya menggandalkan transportasi tradisional. Dengan adanya Serajoedal Stoomtram Maatscapij (SDS) proses transportasi peralatan dan komoditas menjadi lebih cepat. Pabrik ini juga pencetus revolusi industri di karsidenan Banyumas dengan mendatangkan mesin-mesin modern penggiling tebu, dikarenakan mesin-mesin baru di datangkan melalui jalur kereta SDS dan pabrik ini juga mulai menggunakan lokomotif untuk menarik rangkaian lori dari perkebunan ke pabrik

Pada tahun 1934 dimana krisis konomi dunia melanda dan gula tidak bisa menjadi komoditi utama untuk di ekspor ke Eropa karena di Eropa sedang berkecamuk perang dunia I. Sindikat  pabrik gula di Jawa terpaksa melikuidasi pabrik gula Bodjong (Bojong), Poerwokerto (Purwokerto), Klampok dan Kaliredjo (Sumpyuh) dan menggabungkan asetnya ke pabrik gula Kalibagor.

Perusahaan ini gulung tikar sekitar tahun 1996-1997 setahun sebelum era Reformasi. Dan pada era awal reformasi perusahaan ini dijarah habis-habisan oleh warga sekitar dan bahkan dari daerah lain, entah apa pemicunya. Rumah-rumah dinas dan isi pabrik juga rangkaian rel habis dan hanya menyisakan bekas tanah kosong yang memanjang dan menikung.
Menurut cerita warga Sokaraja, para penjarah kebanyakan terkena musibah yang biayanya lebih dari harga jual hasil jarahannya. Sungguh ironis sekali mendengarnya ...


Foto Pabrik Dari Luar


www.banjoemas.com
Pabrik dengan hamparan ampas tebu untuk di keringkan | ca. 1905


www.banjoemas.com
Barak di Pabrik


www.banjoemas.com
Rangkaian kereta mengangkut gula dari pabrik


www.banjoemas.com
Pabrik gula terlihat dari stasiun SDS Sokaraja


www.banjoemas.com
Een z.g. Bok mengolah besi di Pabrik gula


www.banjoemas.com
Halaman gudang digunakan untuk mengeringkan alat pengering gula, Disana terlihat orang Belanda Pietermaat, Ottenhoff dan Lange


www.banjoemas.com
Pekerja wanita menghancurkan gula

 Foto Perkebunan dan Sistem Pengangkutan Tebu

www.banjoemas.com
Bongkar muat tebu di halaman pabrik


www.banjoemas.com
Kantor jembatan timbang dan bengkel


www.banjoemas.com
Lori sarat muatan menganti untuk masuk ke jembatan timbang


www.banjoemas.com
Memanen di perkebunan tebu Pekadja (Pekaja) untuk di bawa ke pabrik gula


www.banjoemas.com
Muatan tebu diangkut dengan bowongkarren


Foto Dalam Pabrik


www.banjoemas.com
Ottenhoff Philips, Jager dan beberapa pegawai orang Jawa


www.banjoemas.com
Dalam pabrik gilingan Maxwellmolen, terlihat operator Ottenhoff dan Van Stenus


www.banjoemas.com
Bagian peleburan dalam pabrik


www.banjoemas.com
Bagian mesin Fletchermolen,  insinyur Van Stenus dan Ottenhoff


www.banjoemas.com
Bagian dapur pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Tampilan depan kantor perusahaan gula Kalibagor dilihat dari jalan utama yang diberikan administrator Eropa dan beberapa staf adat | ca.1905


banjoemas.com
Karyawan pabrik gula dan beberapa pekerja pribumi


www.banjoemas.com
Kantor pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Kantor dan gedung workshop pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Foto bersama karyawan pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Karyawan pabrik gula sedang melakukan inspeksi dengan motorlorrie | 1938



www.banjoemas.com
Karyawan pabrik gula sedang melakukan pemeriksaan | 1938


Semua data gambar diambil dari Wikimedia Commons dan Tropenmuseum



www.geheugenvannederland.nl
budiutomotour.wordpress.com

Selanjutnya Perumahan Pegawai Suikerfabriek Kalibagor