Setelah dilakukan pengujian dengan terlebih dahulu hanya mengangkut barang barang milik pemerintah, untuk selanjutnya SDS mengoprasikan gerbong barang dan gerbong penumpang yang terdiri dari gerbong kelas satu, kelas dua dan kelas tiga.
Dalam tahap ke dua; pada 12 Mei 1898 perwakilan Hindia Belanda meminta kepada
SDS untuk mengeksploitasi ke arah Purbalingga, karena disana terdapat dua buah pabrik gula yaitu PG. Kalimanah dan
PG Bojong. Dan melalui Surat pemerintah 22 September 1898 No.19
SDS di perbolehkan utuk membuka jalur Banjarsari - Purbalingga, namun dengan syarat di buka pula jalur ke
kota Banyumas, karena
kota Banyumas merupakan pusat pemerintahan dan sebagai kota penting. Namun melalui surat pada tanggal 31 Mei 1899 No.7 syarat itu tidak di penuhi dikarenakan jalur ini sangat sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar, dan nantinya pun dipastikan tidak ada keuntungan apapun dari jalur ini. Pemerintah pun mengiyakan permintaan ini pada tangal 26 Juni 1899, Maka di bangunlah jalur rel tahap dua;
Banjarsari - Purbalingga sepanjang 7 km diresmikan pengoperasinya pada tanggal 01 Juli 1900 (Banjarsari - Jompo - Kalimanah - Purbalingga)
download GE kmz
Perusahaan-perusahaan besar yang banyak menggunakan jasa trem adalah perusahaan gula. Sejak trem SDS beroperasi, semua gula hasil produksi dan perlengkapan pabrik seperti batu gamping, mesin, dan barang logam, bahan bakar, pembungkus gula, bibit dan pupuk untuk perkebunan tebu diangkut menggunakan kereta. Semua barang di datangkan dari luar daerah atau bahkan import dari luar negeri.
Barang-barang hasil produksi seperti gula dan sirup gula dibawa ke pelabuhan Cilacap untuk selanjutnya dikapalkan ke luar negeri atau barang-barang tersebut dibawa ke Stasiun Maos untuk selanjutnya di angkut oleh kereta api negara (SS) ke Batavia.
Memasuki abad ke-20, daerah Wonosobo yang merupakan penghasil perkebunan dan pertanian terbesar juga sudah dalam daftar SDS. Jalur ini sangat penting mengingat daerah Dieng, Wonosobo sebelah utara merupakan penghasil tembakau yang potensial. Sebelumnya pengiriman tembakau ke Batavia dilakukan melalui jalan darat lewat Pekalongan. Padahal jalan darat lewat jalur ini sangat sulit, karena harus melewati daerah pegunungan Kali Bening.
Keterta SDS di daerah persawahan
Lintasan kereta SDS di Selokromo
Untuk itu, berbekal surat keputusan Pemerintah Belanda Gvt. Besl. 22 Juni 1912 no. 12. Untuk tahap ketiga jalur yang di bangun adalah :
Banjarnegara - Selokromo sepanjang 19 km diresmikan pengoperasinya pada tanggal 01 Mei 1916 (Banjarnegara - Sokanandi - Singomerto - Sigaluh - Prigi - Bandingan - Bojonegoro - Tunggoro - Selokromo)
download GE kmz
Selokromo - Wonosobo sepanjang 14 km diresmikan pengoperasinya pada tanggal 07 Juni 1917 (Selokromo - Krasak - Selomerto - Penawangan - Wonosobo)
download GE kmz
SDS adalah perusahaan tram yang tergabung dengan 3 perusahaan yang lain yaitu
SJS, OJS, dan
SCS dan merupakan perusahaan Belanda di pulau Jawa yang independen;
- SJS Semarang Joana Stroomtram Maatscappij 1881-1952, oleh J.F.Dijkman, W. Walker dan G.H.Clifford atas konsensi tahun 1879 dengan jalur Semarang - Jombang.
- OJS Oost-Java Stoomtram Maatscappij 1888-1944, oleh W.A. Zilver Rupe dan A.J. Snouck Hurgronje atas konsensi di tahun 1886 dengan Jalur Ujong - Fort Prins Hendrik.
- SDS Serajoedal Stoomtram Maatscappij 1894-1940, oleh R.H. Eysonius de Wall dan O.J.A. Repeer van Driel mendapatkan konsensi pada tahun 1893 dengan dibiayai oleh Financiele Maaatscappij van Nijverheidsondernemingen in Ned. Indies.
- SCS Semarang Cheribon Stoomtram Maatscappij 1895-1946, atas konsensi tahun 1894 dan langsung di tangani oleh Financiele Maaatscappij van Nijverheidsondernemingen in Ned. Indies.
Pada awal tahun 1917 tepat tanggal 1 Januari
Staats Spoorwegen (SS) Cirebon - Kroya diresmikan, jalur ini menghubungkan Jakarta dengan Yogyakarta, dan Mempersingkat perjalanan Kereta Jakarta - Surabaya yang tadinya 32.5 - 23 Jam menjadi 17 Jam. Dan kemudian untuk memudahkan transportasi barang dan penumpang SDS dan SS di hubungkan oleh rel.
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 di Jawa, Penyatuan seluruh Jalur kereta di Jawa sudah di rencanakan dibawah
Majoor Takahashi dan kemudian di gantikan oleh
Soshimatsu. Jalur SDS antara Kebasen (Gambarsari) - Tanjung dihapuskan (dibongkar) untuk menyederhanakan jalur dan penghematan. Namun Jalur Kebasen (Gambarsari) - Maos tetap di pertahankan untuk keperluan luarbiasa. Pada mulai tanggal 21 September 1942 penumpang dari Bandung menuju Purwokerto tidak berganti kereta di Maos tetapi pindah ke Kroya.
(Sumber "Nan Sin" 01 Juni 1942 & "Tjahaja" 26 September 1942)
Untuk langkah penyederhanaan selanjutnya adalah penggabungan seluruh jalur kereta di Jawa dan Madura digabung menjadi satu dibawah
Balai Besar Angkutan Darat yang berpusat di Bandung baru bisa dimulai pada 1 April 1943. Langkah ini dilaksanakan oleh Soenarjo untuk wilayah Jawa Tengah, Popo Prawirakoesoma untuk wilayah Jawa Timur dan Soerachman untuk wilayah Madura. (Sumber "Asia Raya" 03 April 1943)
Pada masa Agresi Militer Belanda pertama, militer Belanda berniat menguasai seluruh maskapai kereta api di Jawa termasuk SDS. Dikarenakan jalur-jalur kereta inilah yang mempunyai akses cepat ke pedalaman dan merata. Dan kemudian mengembalikan seluruh aset kepada pemilik maskapai sebelumnya.
(Sumber "Merdeka. Suara Rakjat Indonesia" 28 November 1946)
Penyusuran-pun aku lakukan untuk memastikan tulisan di atas benar adanya, menghitung dan menyaksikan sendiri berapa yang tersisa dan berapa yang hilang.
sementara sampai disini ya ... lagi masih terus ubek ubek buat cari info yang lainnya