Kamis, 28 April 2016

Kuburan Belanda Purwokerto

Kerkhof di Poerwokerto

Kota baru Purwokerto yang di bangun oleh Belanda sejak dijadikan ibukota Regentschaap (Kabupaten) pada tahun 1836 menjadikan kota ini dipenuhi oleh orang orang Eropa. Terlebih lagi setelah masa mailese yang menyebabkan digabungkannya kabupaten Purwokerto dengan kabupaten Banyumas pada tahun 1937. Kota Purwokerto menjadi kota yang super sibuk sebagai ibukota kabupaten Banyumas sekaligus ibukota karsidenan Banyumas. Kota Purwokerto juga di lalui oleh dua maskapai kerta api yang saling terhubung satu sama lain yaitu Serajoedal Stoomtram Maatscappij yang di bangun pada tahun 1896 dan Staats Spoorwegen yang baru di bangun pada tahun 1917, menjadikan kota Purwokerto sebagai kota transit. Banyaknya sekolah-sekolah dan fasilitas-fasilitas lain yang lebih lengkap dari kota kota lain di karsidenan Banyumas membuat kota Purwokerto semakin ramai.

Orang-orang Eropa yang telah turun-temurun dan atau tinggal karena masa jabatan di Purwokerto juga banyak yang meninggal dan di kuburkan di Purwokerto. Di Purwokerto terdapat sebuah Kerkhof atau kuburan Belanda yang saat ini keberadaannya sangat memperihatinkan karena bekas tanah kuburan yang menjadi tanah "mati" sekarang banyak di pakai warga di daerah Pasirmuncang untuk dijadikan pemukiman. Dari puluhan kuburan yang pernah ada hanya beberapa kuburan saja yang masih bisa terlihat dan terawat.

Kuburan Belanda ini masuk sebagai wilayah kelurahan Tanjung kecamatan Purwokerto Selatan. Saat ini kuburan Belanda bisa dikunjungi namun lokasi sudah bercampur dengan pemukiman. Pada awal tahun 1980 an banyak masyarakat yang datang dan mendirikan bangunan di atas Kerkhof, sehingga saat ini sudah hampir 80 % dari kerkhof sudah berganti dengan bangunan rumah dan hanya menyisakan 5 % kuburan (nisan) yang tersisa. Selebihnya adalah lapangan dan fasilitas umum.


banjoemas.com
Pada peta lama Purwokerto Kerkhof terletak antara Pasirmuncang dan Tanjung


banjoemas.com
Pada peta Purwokerto sekarang bahwa taman makam pahlawan Purwokerto
berada di samping kerkhof  

banjoemas.com

Ilustrasi keberadaan nisan-nisan yang masih ada dan bisa di kunjungi


banjoemas.com
(1 & 2) Makam P. J. Tadema dan istrinya


P.J. Tadema (Petrus Jacobus) lahir 31 Mei 1898 - meninggal 5 Agustus 1969 dan Th. U. de Mey lahir 10 Desember 1909 - meninggal (tidak jelas). P.J. Tadema adalah pemilik "Villa Krandji" yang pada jaman pemerintahan Hindia Belanda di belakang terdapat perusahaan susu miliknya.

T.U. de Mey (Theresia Undina) (Meij) lahir di Semarang 10-12-1905 merupakan istri ke dua. Istri pertamanya bernama Elisabeth Müller namun penulis belum mendapatkan informasi lain.

Villa Krandji, sebelumnya dimiliki oleh G.J.H. Heezemans seorang pengusaha otomotif dan bengkel, dan setelah bangkrut rumahnya di tempati oleh P.J. Tadema dan istri. Setelah meninggal Villa Krandji dibeli oleh keluarga Arab yang kemudian dijadikan workshop batik.


banjoemas.com
(3) Makam J.W. van Dapperen


banjoemas.com
Advertentie De Maasbode 15-10-1937

J.W. van Dapperen (seorang administratur pabrik gula yang lama) lahir di Harleem 25 Agustus 1869 - meninggal di Baturraden 14 Oktober 1937. J.W. van Dapperen beristrikan seorang Jawa bernama Raden Roro Sudarminah. Van Dapperen pernah menuliskan beberapa buku mengenai flora dan fauna di wilayah gunung Slamet. Silsilah keluarga  J.W. van Dapperen.


banjoemas.com
(7) Makam J.P. Dom dan istri (info dari juru kunci makam)
banjoemas.com
Foto J.P. Dom dan istri 

banjoemas.com
Advertentie De Telegraaf 08-09-1936

J.P. Dom atau Johannes Pieter Dom Junior adalah Asisten Residen Purwokerto pada masa residen E.W.H. Doeve masa kerja 1913 - 1916. J.P. Dom adalah Assisten residen pertama keturunan indo Jawa Belgia di karsidenan Banyumas, karena ibunya Raden Nganten Sastropermadi adalah keturunan bupati Purwokerto Mertadireja II dengan seorang Belgia bermarga DomJohannes Pieter Dom Junior kemudian menikahi Maria van Vugt seorang wanita Belanda keturunan Willem Frederik van Vugt dan Anna Charlotte Boudriot (berdarah Iran - Belanda). Setelah mengundurkan diri sebagai asisten residen J.P. Dom dan istrinya tetap tinggal di Purwokerto, hingga J.P. Dom meninggal pada 7 September 1936 dalam usia 69 tahun (De Telegraaf 08 September 1936). Pasangan suami istri ini kemudian di makamkan berdampingan di kerkhof Purwokerto. 

Pada tahun 2016 kuburan mereka sempat dirusak oleh warga bahkan diatasnya dibangun sebuah warung makan, namun setelah ada komunikasi antara keluarga dan warga kuburan itu diperbaiki dan dikembalikan ke kondisi semua.
E.W.H. Doeve (1913 - 1916) yang mengundurkan diri pada tahun 1915 (Locale Belangen 16 Oktober 1915) 

banjoemas.com
(4) Latumahina dan istrinya

Bapak Latumahina dan Ibu Latumahina meninggal pada 19 Januari 1971. Latumahina dimungkinkan adalah seorang dokter pada rumah sakit Zending (RS Lama Purwokerto).


banjoemas.com
(5) Christina Elizabeth Hukom Aponno

Christina Elizabeth Hukom Aponno lahir 14 Februari 1889 - meninggal 26 Juni 1940. Tidak ditemukan jejaknya namun  Christina tercatat dalam daftar nama Naturalisasi pada tahun 1931 di naturalisaties.decalonne.nl




banjoemas.com
(6) Makam tidak teridentifikasi

banjoemas.com
(8) Makam tidak terientivikasi, Denny Purnomo (tim BHHC) bersama warga 

banjoemas.com
(9 & 10) Dua makam tidak teridentifikasi, 
satunya hanya terlihat semacam pondasi di sampingnya 

banjoemas.com
(11) Makam dibawah pondasi rumah

banjoemas.com
(12) Makam kecil tidak teridentifikasi

banjoemas.com

Sisa-sisa makam berserakan di beks kerkhof

banjoemas.com
Sisa-sisa tegel makam yang masih bisa di dapati di permukaan tanah


Sebagai salah satu bentuk peninggalan bersejarah kuburan/makam Belanda ini  seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk tetap mempertahankan sisa-sisa kuburan Belanda sebagai bukti bahwa di kota Purwokerto pernah di jajah dan ditinggali oleh orang-orang Eropa.

Terimakasih kepada juru kunci Kerkhof bapak Kartadimeja (alm.) dan warga yang menempati tanah kerkhof Purwokerto yang telah memberikan informasi. Kami juga menyampaikan banyak terimakasih kepada mas Gorba Dom, bapak Pieter Dom dan juga pak Eman Katamsi

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie 07-09-1936
Het Vaderland  staat- en letterkundig nieuwsblad 07-09-1936
De Telegraaf 08-09-1936
Het volk  dagblad voor de arbeiderspartij 27-08-1932
De Maasbode 15-10-1937
Reggeringsalmanak 02 01 1913 (dalam dr. Soedarmadji 2016)
commons.wikimedia.org

Tim Blusukan 11 Januari 2015
- Denny Purnomo (Gan Liang An)
- Jatmiko Wicaksono

Terimakasih pada pak Hans www.imexbo.nl

Artikel ini dipublikasikan pada tanggal 28/04/2016
Direvisi pada tanggal 31/07/2018

10 komentar:

Unknown mengatakan...

Halo mas Miko.. Tambah mantab aja nih liputannya. Cuma mau nambahin dikit. Kata temen2 dari group WA nya Pak Yoanata dari NatGeo katanya makam-makam yang ada di kherkof Purwokerto sebagian besar sudah dipindah ke Semarang. tapi mengenai benar atau tidaknya perlu untuk diteliti lebih lanjut. Semoga tim BHHC bisa bekerjasama dengan pemda dan masyarakat setempat untuk melestarikan beberapa kherkof yang masih tersisa di Purwokerto. Maju terus Tim BHHC. (Denny Purnomo)denny.purnomo@yahoo.com

Kasamago mengatakan...

Miris banget dg kondisinya..

lbh miris lagi sy sendiri sbg warga Purwokerto baru tau ada Kerkhof di samping TMP Tanjung...

Unknown mengatakan...

Kalo mau gabung gimana caranya yah mas

Unknown mengatakan...

saya di sbelah tmp dr dlu pnasaran sma kuburan kerkof dan sekarang dah tau ,terimakasih min

Unknown mengatakan...

Salam, saya Gorba Dom, saya keturunan langsung dari Johannes Pieter Dom Jr (J. P. Dom) makam nomor 6.
Saya bisa menjadi narasumber untuk komunitas sejarah ini, karena kebetulan saya bertempat tinggal di Jakarta, jadi teman teman bisa menghubungi saya lewat email gorba.dom@gmail.com
Saya masih bisa membuktikan silsilah JP Dom yang masih keturunan Martadiredja II, dan banyak lagi kisah menarik di belakangnya.
Saya juga kebetulan seorang peneliti di UI, maka saya berharap dapat berkerja sama dengan komunitas sejarah ini untuk melestarikan kerkhof dalam suatu penelitian sejarah ataupun arkeologi.

Salam,
Gorba Dom

heru pendowo mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Jatmiko W mengatakan...

Terimakasih Gorba Dom kita lanjutkan lewat WhatsAp.

Untuk pembaca yang ingin bergabung silahkan bergabung di FB/banjoemas atau ajukan permohonan melalui jatmikow@banjoemas.com

Salam

Unknown mengatakan...

Koreksi : Pemakaman Belanda ( Kerkhof ) masuk wilayah Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan

Unknown mengatakan...

Makasih infonya pak, sangat menarik

yon daryono mengatakan...

Bagus harus terus didokumentasikan agar anak cucu masih bisa mengetahui sejarah ini

Posting Komentar

Silahkan isi komentar anda !
Jangan lupa tinggalkan Nama dan alamat emailnya