VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) yang terkenal dengan sitem monopoli perdagangannya, jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan kemudian dikuasai oleh Inggris Raya di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles namun hanya sebentar, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan Diponegoro pada tahun 1825-1830 telah banyak membuat pemerintah Belanda tidak mempunyai kas sama sekali.
Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi, tebu, tembakau, kayu manis dan lainnya.
Menurut Basundoro sistem irigasi mulai diterapkan di Banyumas pada tahun 1884 dimana dibangun saluran irigasi untuk lahan di sebelah selatan Serayu (Banjarnegara sampai Purwaredja-Klampok).
Menurut Basundoro sistem irigasi mulai diterapkan di Banyumas pada tahun 1884 dimana dibangun saluran irigasi untuk lahan di sebelah selatan Serayu (Banjarnegara sampai Purwaredja-Klampok).
Proyek Bandjar-Tjahjana atau Bandjar-Tjahjana Werken di rancang oleh E.W.H. Clason dan D. Snell. pada tahun 1912-1938 dan menurut Basundoro proyek ini dialiri dengan mengambil air dari bendungan dibawah kampung Legok diatas pertemuan sungai Merawu dan Serayu.Dan kemudian lahan kering seperti Wanadadi, Susukan, Rakit, Bukateja (Tjahjana), Kejobong dan Kemangkon disulap menjadi lahan yang subur dan menghasilkan lebih besar hasil bumi. Proyek besar ini bernama Bandjar Tjahjana yang berarti aliran irigasi dari Bandjar (Banjarnegara) hingga distrik Tjahjana (Bukateja) merupakan proyek irigasi besar dan dengan medan yang sulit.
Air untuk mengairi Proyek Irigasi Bandjar Tjahjana diambil dari sungai Serayu yang di bendung di dusun Legok desa Rejasa (Banjarnegara), sebuah desa sebelah utara Banjarnegara. Air sungai Serayu dibendung tepat setelah aliran sungai Serayu membelok jadi volume air besar dan deras. Kemudian air langsung menembus bukit dan dikeluarkan pada dinding bukit dari sisi yang lain, dimana disana juga terdapat sungai Merawu yang mengalir dari pegunungan Dieng. Menurut Basundoro, orang Belanda pada waktu itu telah melakukan penelitian bahwa air dari sungai Merawu tidak cocok untuk tanah pertanian. Sehingga Belanda dengan pekerja paksa pribumi bersusah payah membuat terowongan air dibawah sungai Merawu.
Tidak itu saja, mereka juga membuat selokan hingga kedalaman 3-15 meter dan lebar hingga 10 meter, bahkan di daerah Kemangkon dibangun parit dengan cara membuat gundukan tanah. Sepanjang daerah Jenggawur hingga Rakit yang merupakan daerah perbukitan pun di gali dan di kepras untuk mengalirkan air di atasnya.
Ini adalah proyek luarbiasa besar dimana pekerjanya adalah orang Pribumi dan di kerjakan selama 5 tahun. Panjang proyek ini dari Banjarnegara hingga Bokol kurang lebih adalah 50 Km. Menghabiskan biaya f 1.700.000 dari yang di perkirakan hanya menghabiskan f 1.350.000 dikarenakan medan yang sangat sulit untuk membuat saluran irigasi di lembah (Syphon) dan transportasinya.
Air untuk mengairi Proyek Irigasi Bandjar Tjahjana diambil dari sungai Serayu yang di bendung di dusun Legok desa Rejasa (Banjarnegara), sebuah desa sebelah utara Banjarnegara. Air sungai Serayu dibendung tepat setelah aliran sungai Serayu membelok jadi volume air besar dan deras. Kemudian air langsung menembus bukit dan dikeluarkan pada dinding bukit dari sisi yang lain, dimana disana juga terdapat sungai Merawu yang mengalir dari pegunungan Dieng. Menurut Basundoro, orang Belanda pada waktu itu telah melakukan penelitian bahwa air dari sungai Merawu tidak cocok untuk tanah pertanian. Sehingga Belanda dengan pekerja paksa pribumi bersusah payah membuat terowongan air dibawah sungai Merawu.
Tidak itu saja, mereka juga membuat selokan hingga kedalaman 3-15 meter dan lebar hingga 10 meter, bahkan di daerah Kemangkon dibangun parit dengan cara membuat gundukan tanah. Sepanjang daerah Jenggawur hingga Rakit yang merupakan daerah perbukitan pun di gali dan di kepras untuk mengalirkan air di atasnya.
Ini adalah proyek luarbiasa besar dimana pekerjanya adalah orang Pribumi dan di kerjakan selama 5 tahun. Panjang proyek ini dari Banjarnegara hingga Bokol kurang lebih adalah 50 Km. Menghabiskan biaya f 1.700.000 dari yang di perkirakan hanya menghabiskan f 1.350.000 dikarenakan medan yang sangat sulit untuk membuat saluran irigasi di lembah (Syphon) dan transportasinya.
Beberapa Cetak Biru Bandjar-Tjahjana Werken
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana
Masa Pembangunan Bandjar-Tjahjana Werken
Pembangunan terowongan di bawah sungai Merawu
Mengeruk tebing untuk membangun Siphon
Membangun jembatan untuk menempatkan Siphon
Menggunakan Gantry Crane untuk memasang pipa beton
Masa Operasional Bandjar-Tjahjana Werken
Masa Operasional Bandjar-Tjahjana Werken
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana
Tampak dekat Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana
Syphon yang tertanam di bawah sungai Merawu
Syphon yang mengarah ke bawah sungai Merawu
Aliran Irigasi Bandjar-Tjahjana dibawah buangan dari
Irigasi di daerah Gumingsir
Saluran air Irigasi Bandjar-Tjahjana yang menembus gunung, disana terpampang tahun 1914
Saluran air Irigasi Bandjar-Tjahjana yang menembus gunung, disana terpampang tahun 1914
Saluran air Irigasi Bandjar-Tjahjana yang menembus gunung.
Pintu air Irigasi Bandjar-Tjahjana
29 Mei 2011
Tulisan pertama di publikasikan pada 30 Oktober 2010
Tulisan di sempurnakan pada 14 Oktober 2014
Tulisan di koreksi pada 25 Mei 2019
Sumber :
- http://basundoro.blog.unair.ac.id/2009/01/31/sisi-terang-kolonialisme-belanda-di-banyumas
- Hegiooting van Xederlundsch-ludië voor het dieustjuur 1915
- WEEKBLAD VOOR INDIË Dertiende jaargang No. 23. Soerabaja, 17 September, 1916. Uitgeefster N. V.
Foto Dokumentasi diambil dari :
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.