Kamis, 09 April 2015
Rabu, 08 April 2015
Minggu, 08 Maret 2015
Suikerfabriek Kaliredjo
Posted by Jatmiko W on 19.29
| 60
komentar
Pabrik Gula Kaliredjo masih dibawah N. V. Cultuur - Maatschappij der Vorstenlanden Semarang. Pabrik gula Kaliredjo (Kalirejo) yang di bangun dibangun oleh O. L. J. E. Lohmann adalah pabrik gula paling terakhir di wilayah karsidenan Banyumas. Dilihat dari peta Belanda tahun 1906 yang belum merilis peta wilayah bagian barat Soempioeh (Sumpyuh) namun pada peta tahun 1920 kumpulan garis merah yang mempresentasikan bangunan permanen pada peta sudah diterbitkan. Menurut data mengenai laporan keuangan catatan tertua mengenai pabrik gula ini adalah tahun 1910.
Pabrik ini seakan dibangun berbeda dengan pabrik gula lainnya yang terlebih dahulu dibangun di Banyumas, karena dari segi tata ruang dan tehnologi yang lebih modern. Bangunan pabrik dan perumahan karyawan yang tertata rapi. Gedung bangunan pabrik sudah menggunakan rangka baja. Bahkan cerobong asap yang merupakan elemen penting pebuangan sisa pembakaranpun sudah tidak menggunakan cerobong gemuk (bata) tapi sudah menggunakan cerobong baja cor yang lebih ramping.
Pembangunannya pabrik ini menggunakan Pelabuhan Cilacap untuk mendatangkan peralatan giling dan peralatan lainnya dari Batavia maupun dari Eropa. Dari Pelabuhan Cilacap peralatan dan bahan lainnya diangkut menggunakan kereta milik SS ke setasiun Sumpiuh yang dibangun 15 tahun sebelumnya. Konon jalur rel yang menghubungkan pabrik dan stasiun lebih dahulu di bangun dari pada pabriknya sendiri. Ini bisa di benarkan karena di lihat dari dokumentasi foto bahan2 yang di gunakan dalam pembangunan sangat tergantung dari pasokan pabrik di luar daerah.
Peta Sumpiuh (kit.nl)
Pabrik ini seakan dibangun berbeda dengan pabrik gula lainnya yang terlebih dahulu dibangun di Banyumas, karena dari segi tata ruang dan tehnologi yang lebih modern. Bangunan pabrik dan perumahan karyawan yang tertata rapi. Gedung bangunan pabrik sudah menggunakan rangka baja. Bahkan cerobong asap yang merupakan elemen penting pebuangan sisa pembakaranpun sudah tidak menggunakan cerobong gemuk (bata) tapi sudah menggunakan cerobong baja cor yang lebih ramping.
Pembuatan jalur rel Sf. Kaliredjo - Sta. Sumpiuh tahun 1912
Persiapan pondasi untuk bangunan pabrik tahun 1912
Pekerja Pribumi mempersiapkan pondasi tahun 1912
Tiang rangka baja sedang di persiapkan tahun 1912
Pembangunan pabrik tahun 1912
Pembangunan pabrik dengan alat sederhana tahun 1912
Peralatan pabrik baru saja di turunkan dari kereta tahun 1912
Jalur rel SS yang berada di kompleks Pabrik tahun 1912
Pemasangan rangka baja untuk pabrik tahun 1912
Merangkai Crane untuk bongkar muat tebu tahun 1912
Bagian lain dari pabrik tahun 1912
Pembangunannya pabrik ini menggunakan Pelabuhan Cilacap untuk mendatangkan peralatan giling dan peralatan lainnya dari Batavia maupun dari Eropa. Dari Pelabuhan Cilacap peralatan dan bahan lainnya diangkut menggunakan kereta milik SS ke setasiun Sumpiuh yang dibangun 15 tahun sebelumnya. Konon jalur rel yang menghubungkan pabrik dan stasiun lebih dahulu di bangun dari pada pabriknya sendiri. Ini bisa di benarkan karena di lihat dari dokumentasi foto bahan2 yang di gunakan dalam pembangunan sangat tergantung dari pasokan pabrik di luar daerah.
Bagian lain dalam pabrik gula tahun 1912
Instalasi mesin pabrik tahun 1910
Seorang anak bermain di antara lori tahun 1911
Instalasi mesin di dalam pabrik tahun 1911
Pemasangan peralatan pabrik tahun 1910
Rel lori yang merupakan sarana transportasi olahan pabrik juga terlihat sangat tertata rapi. Posisi pabrik dan rel lori yang berada lebih rendah dari rel SS menyebabkan dibuatkanya terowongan di bawah rel SS untuk menjangkau perkebunan tebu di daerah selatan rel SS.
Residen Banyumas membuat berdasarkan ayat 1, Lampiran No 2. 5132 mengumumkan bahwa mereka telah menerima permintaan dari Mr J. A. Pietermaat, Administrator gula kalibagor, izin untuk membawanya berlaku dan mengemudi sebuah perusahaan gula, sebagaimana dimaksud dalam Pasal I Nomor 1889. 263, di Soempioeh desa, Kaliredjo kabupaten, Banyumas departemen dengan penanaman chen bruto tahunan tahun 2000 bangunan. Banyumas, 24 Januari 1907. Residen Banyumas, L. N. Dari Meeverden.
Archief voor de Java-suikerindustrie : orgaan van het Algemeen syndicaat van suikerfabrikanten op Java, Volume 15, Number 3, 1 December 1907
Perusahaan pabrik ini berbentuk perusahaan terbatas (naamlooze vennootschappen) dimana merupakan saham gabungan. Administratur pabrik Gula ini adalah O. L. J. E. Lohmann (1915) dia pada tahun 1906 menuliskan sebuah buku berjudul "sugar industry sugar cane agricultural engineering quality control Java Indonesia.
Pada tanggal 23 Juli 1926 Kantor Residen di Banyumas mendapat petisi yang di sahkan di Semarang pada tanggal 20 Juli 1920 oleh A. Fernhout en Mr. H. A. A. C. Reyners tentang perluasan wilayah perkebunan tebu di daerah Tjindaga (Cindaga) distrik Adiredja Afdeling Tjilatjap (Kabupaten Cilacap). Perluasan ini diharapkan agar produksi Tebu dan Gula pabrik gula Kaliredjo (Kalirejo) mencapai maksimalnya. Perluasan yang diminta sebanyak 2000 bouws (bau). Tanah yang diminta berada di timur kali Serjoe (Serayu) selatan pegunungan Djampang (Jampang) utara rel SS Kroja (Kroya) - Maos, dan wilayah timur dengan areal perkebunan yang sudah ada sebelumnya. Perluasan ini akan dilakukan dengan menyewa tanah dari penduduk hingga tercapai angka 2000 bouws (bau).
Javasche Courant, 30 Juli 1926 No 60
Aplikasi untuk penambahan areal perkebunan tebu Sf. Kaliredjo
Gubernur Jawa Tengah pada 28 Agustus 1929 telah menerima petisi, Semarang tanggal 26 Agustus 1929, dari A. Fernhout dan Mr. H. A. A. C. Reyners, agen Semarang dari Amsterdam mendirikan perusahaan saham gabungan "Masyarakat Budaya Kepangeranan", saat ini perwakilan perusahaan tanpa nama di KUALITAS yang didelegasikan di Hindia Belanda juga ke Amsterdam berbasis saham gabungan perusahaan gula Kaliredjo, pemilik perusahaan gula "Kaliredjo", yang terletak di Selatan dan Utara tinggal Banyumas, yang berisi permintaan untuk otorisasi untuk memperluas daerah untuk budidaya tebu untuk gula disebut perusahaan dengan 3035 bouws, yang 1.388 bouws terletak di distrik Banyumas off deeling utara Banjoemas bouws dan 1647 di distrik Kroya departemen Selatan Banyumas.
Keberatan Gubernur di Semarang diutarakan sebelum 15 November 1929.
Java Courant, 3 September 1929, No. 71
Foto perumahan pegawai dengan latar belakang pabrik tahun 1911
Foto perumahan pegawai dengan latar belakang pabrik tahun 1912
Jalan raya Sumpiuh - Buntu dengan rangkaian rel lorie
Pegawai pabrik gula berpose di lapangan tenis tahun 1911
Pegawai Belanda dan pegawai Pribumi tahun 1912
Mesin-mesin dengan teknologi paling baru di Pabrik gula Kaliredjo tahun 1912
Mesin pembangkit untuk pabrik gula tahun 1912
Crane melakukan pekerjaannya membongkar muatan tebu tahun 1912
Mesin mengeluarkan ampas tebu tahun 1912
Pegawai pabrik gula berpose didalam pabrik tahun 1912
Acara pembukaan pabrik gula Kaliredjo
Pembukaan pebrik gula Kaliredjo tahun 1912
Pesta pembukaan pabrik Gula Kaliredjo tahun 1912
Acara pembukaan pabrik gula Kaliredjo tahun 1912
Pabrik di lihat dari udara tahun 1930
Perumahan pegawai pabrik gula tahun 1930
Jalur kereta SS dan lorie
Pemberhentian Produksi
Pada tahun 1934 dimana masa krisis dunia sedang berlangsung, beberapa Pabrik Gula tidak bisa lagi untuk terus berproduksi, dikarenakan sulitnya menjual komoditas di Eropa dan beberapa negara pengekspor Gula. Keputusan ini dilakukan bersamaan dengan laporan tahunan tahun 1934. Likuidasi dilakukan bersam dengan 21 Pabrik yang lain di Jawa, dan khususnya di Banyumas bersama dengan Sf. Klampok dan Sf. Bodjong.
Verslag van het Algemeen syndicaat van suikerfabrikanten in Nederlandsch-Indië, Number 1, 1 January 1933
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License
Sumber lain.
Archief voor de Java-suikerindustrie : orgaan van het Algemeen syndicaat van suikerfabrikanten op Java, Volume 15, Number 3, 1 December 1907
Javasche Courant, 30 Juli 1926 No 60
Java Courant, 3 September 1929, No. 71
Verslag van het Algemeen syndicaat van suikerfabrikanten in Nederlandsch-Indië, Number 1, 1 January 1933
Senin, 16 Februari 2015
Anggota BHHC
Posted by Jatmiko W on 08.28
No Anggota | Nama |
A.2011001 | Jatmiko Wicaksono |
A.2011002 | Rizki Dwi Rahmawan |
A.2011003 | Hilmy Nugroho |
A.2011004 | Priatin Abdi Pertiwi |
B.2015001 | Airlangga Perwira Mulia |
B.2015002 | Grytje Gregory Hadiwono |
B.2015003 | Nurmita Arum Sari |
B.2015004 | Nugroho Pandhu Sukmono |
B.2015005 | Yohanes Dicky Wahyudi |
B.2015006 | Agus Ginanjar |
B.2015007 | Anita Wiryo R. |
B.2015008 | Dwi Hatmoko |
B.2015009 | Faishal Ammar |
B.2015010 | Arikun Toro |
B.2015011 | Prihatin Adi Sarwono |
B.2020001 | Titis Moy Amelia |
B.2020002 | Juli Prasetya |
B.2020003 | Dwi Herdhy Septoadi |
B.2020004 | Imam Hamidi Antassalam |
B.2020005 | Faizal B. |
B.2020006 | Subarkah Budi Wibowo |
B.2020007 | Dwi Yanto |
B.2020008 | Tri Sutrisno Rahayu |
B.2020009 | Amira Aufa Fitri |
B.2020010 | Rizki Aldi Cahyono |
B.2020011 | Desi Wulandari |
B.2020012 | Dwi Banyu Prawito |
B.2020013 | Saeful Huda |
B.2020014 | Ahmad Zainurrochman |
B.2020015 | Heni Purwono |
B.2020016 | Feri Dwi Utomo, S.Kom |
B.2020017 | Yusak Yulius |
B.2020018 | Julian Firmansyah |
B.2020019 | Dewi Masitoh |
B.2020020 | Heru Dianto |
B.2020021 | Sri Wijayatmo |
B.2020022 | Mohammad Harsya Pambudi |
B.2020023 | Alfian Eka Saputra |
B.2020024 | Dani Darmabrata Dasuki |
B.2020025 | Muhammad Rafly Fadilah |
B.2020026 | Kamto Dwi Pramono |
B.2020027 | Tri Agustiningsih |
B.2020028 | Hasna Okta Mufida |
B.2020029 | Anastasya Telik Bernadine |
B.2020030 | Iqbal Thorik Wibowo |
B.2020031 | Benedictus Adrian Dennis Setiono |
B.2020032 | Fena Pratamawati |
B.2020033 | Danang Setyawan |
B.2020034 | Veronica Rizki Purnamasari |
B.2020035 | Dicky Wilian Ravandhika |
B.2020036 | Triana Wahyuni |
B.2020037 | Rizkia Putri Wardani |
B.2020038 | Imam Budidharma |
B.2020039 | Nadya Putri Nur Azizah |
B.2020040 | Reno |
B.2020041 | Cahyo sutomo |
B.2020042 | Mesa Noor Ikasanti |
Senin, 03 November 2014
Opsir Tionghoa dan THHK di Banyumas
Posted by Jatmiko W on 22.09
| 1
komentar
Sun Yat Sen pemimpin revolusi Tiongkok berhasil menumbangkan dinasti Qing dan merubah Tiongkok daratan menjadi Republik Tiongkok pada tahun 1911 dan setahun kemudian Sun Yat Sen menjadi Presiden Republik Tiongkok.
Di Nederland Indie, Wijkenstelsel diberlakukan untuk menciptakan pemukiman etis Tionghoa dan membatasi ruang gerak warga Tionghoa setelah beakhirnya pembantaian Tionghoa tahun 1740 di Batavia. Dan pada tahun 1816 ternyata pemerintahan Nederland Indie (Hindia Belanda) memberlakukan Passenstelsel yang mengharuskan warga Tionghoa selalu membawa kartu Pass Jalan jika mengadakan perjalanan ke luar daerah.
Sangsi bagi pelanggaran terhadap ketentuan Kartu Pass Jalan adalah hukuman dan denda sebesar 10 gulden. Peraturan ini sangat merepotkan oarang-orag Tionghoa untuk mengembangkan usaha terutama usaha perdagangan.
Sejak berdirinya Republik Tiongkok rupanya berpengaruh besar terhadap organisasi-organisasi Tionghoa yang awalnya hanya bergerak di bidang Sosial Budaya kemudian mulai beralih ke ranah Politik. Kemudian pemerintah Nederland Indie (Hindia Belanda) menggunakan cara pendekatan orang-orang Tionghoa terhadap warga pribumi (Bumiputra).
OPSIR TIONGHOA DI BANJOEMAS
Pemerintah Nederland Indie (Hindia
Belanda) mengangkat beberapa Kapitein der Chinesen (Opsir Tionghoa) yang setia pada pemerintah Nederland Indie (Hindia
Belanda) untuk menjebatani pemerintah dengan komunitas
Tionghoa. Kapitein der Chinesen untuk kota besar adalah Mayor dan untuk
kota dengan komunitas Tionghoa lebih kecil disebut Letnan, dan mereka
rata rata di angkat dari golongan Elite Tionghoa atau beberapa bahkan
diangkat karena jasanya terhadap pemerintah dan masyarakat. Awal mulanya
jabatan opsir Tionghoa dipilih oleh pemerintah, namun kemudian jabatan
ini terlihat seakan-akan bisa di wariskan kepada keturunannya, karena beberapa kasus, jabatan itu di pangku oleh keturunannya.
Pada
awalnya tugas Opsir Tionghoa adalah menjelaskan peraturan dan
perundang-undangan kepada komunitas Tionghoa di wilayahnya namun di
kemudian hari mereka diberi tugas tambahan sebagai penarik pajak untuk
komunitasnya. Sebagai imbalannya Opsir Tionghoa tidak mendapat gaji
dari pemerintah akan tetapi mereka mendapat keleluasaan dalam memonopoli
beberapa komoditas dan produksi seperti garam, timah, dan pembuatan
mata uang perak.
Pada tahun 1934 - 1935 pejabat opsir Tionghoa di karsidenan Banyumas diberhentikan dengan hormat karena jabatan ini di hapuskan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1934 - 1935 pejabat opsir Tionghoa di karsidenan Banyumas diberhentikan dengan hormat karena jabatan ini di hapuskan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Poerbolinggo
1. Thio Soen Djian
Dilahirkan di Purbalingga pada 7 Februari 1878, Lulusan sekolah Hokkian, dan ayahnya bernama Thio Theng Tjien. Menjabat kapten Tonghoa pertama di poerbolinggo sejak tahun 1924 hingga 1926. Dewan pendiri THHK Poerbolinggo dan Lian Hap Hwee.
2. Gan Thian Koeij(y)
Kapten Tionghoa kedua di Purbalingga, terlahir di Purbalingga pada 10 Oktober 1872. Pernah sekolah Jawa dan Hokkian. Umur 18 tahun memulai berdagang peralatan dan kebutuhan Batik dengan nama Toko Gan, namun kemudian merambah ke bahan tekstil, peralatan pertukangan dan bahan makanan. Pada tanggal 1 Januari 1914 toko berubah menjadi N.V. H. MY. Hiap Hoo. Menjadi kapten Tionghoa Purbalingga (Poerbolinggo) sejak tahun 1927 hingga tahun 1936 masih menjabat. Dewan pendiri THHK Purbalingga Poerbolinggo, Anggota ke 850 THHK Batavia (Jakarta). dan tercatat penggerak ke tiga di Jawa untuk membuang Taotjang (Kucir rambut gaya Tiongkok).
Semenjak tahun 1910 pemerintah Nederland Indie (Hindia Belanda) membuka sekolah Belanda untuk warga Tionghoa (Hollands Chinese School) namun prioritas utama hanya di buka di kota kota besar, dan Gan Thian Koey berinisiatif untuk membuat sekolah berbahasa Inggris bernama Gan English School yang bekerjasama dengan Methodist Mission yang berada di Bogor (Buitenzorg) untuk mendatangkan guru berkualitas. Maka hadirlah Mr Leroy Akerson di Purbalingga untuk mengajar bahasa Inggris untuk Gan English School.
Semenjak tahun 1910 pemerintah Nederland Indie (Hindia Belanda) membuka sekolah Belanda untuk warga Tionghoa (Hollands Chinese School) namun prioritas utama hanya di buka di kota kota besar, dan Gan Thian Koey berinisiatif untuk membuat sekolah berbahasa Inggris bernama Gan English School yang bekerjasama dengan Methodist Mission yang berada di Bogor (Buitenzorg) untuk mendatangkan guru berkualitas. Maka hadirlah Mr Leroy Akerson di Purbalingga untuk mengajar bahasa Inggris untuk Gan English School.
Banjoemas
1. Tjoeng A Hwee
Kapten (titulair) Tionghoa pertama di Banjoemas
2. Tjhie Bing Tjiauw
Letnan Tionghoa kedua di Banjoemas
Soekaradja
1. Kho Joe Seng
Kapten (titulair) Tionghoa pertama di Soekaradja, beliau adalah putra pertama dari Kho Tjeng Pek.
Kapten (titulair) Tionghoa pertama di Soekaradja, beliau adalah putra pertama dari Kho Tjeng Pek.
2. Kho Han Tiong
1923 - 1932
Letnan Tionghoa kedua di Sokaraja, beliau adalah putra kedua dari Kho Joe Seng dan merupakan Direktur dari N.V. Ko Lie
Letnan Tionghoa kedua di Sokaraja, beliau adalah putra kedua dari Kho Joe Seng dan merupakan Direktur dari N.V. Ko Lie
Poerwokerto
1. The Tjoen Ho
Kemungkinan adalah kapten Tionghoa pertama di Poerwokerto
1. The Tjoen Ho
Kemungkinan adalah kapten Tionghoa pertama di Poerwokerto
2. Tan Tjeng Gan
Kapten Tionghoa kedua di Poerwokerto
Tjilatjap
1. Phoa Kiem
? - 1876
Kapten Tionghoa pertama di Tjilatjap
Kapten Tionghoa pertama di Tjilatjap
2. Phoa Tjin Thay
1876 - 1913
Kapten Tionghoa kedua di Tjilatjap
Kapten Tionghoa kedua di Tjilatjap
3. Phoa Ik Tjin
1913 - 1923
Kapten Tionghoa ketiga di Tjilatjap
4. So Tiaow Kiem
1923 - 1935
Kapten Tionghoa keempat di Tjilatjap
Batur Bandjarnegara
1. Tan Teng Tjiau
1913 - 1935
TIONG HWA HWEE KOAN DI BANJOEMAS
中华会馆 Zhong Hua Hui Guan atau Rumah Perkumpulan Tionghoa adalah organisasi orang-orang Tionghoa di Batavia pada masa pemerintahan Hindia Belanda, yang didirikan pertama kali pada 17 Maret 1900 dan di resmikan pada 3 Juni 1900.Kegiatan utama THHK adalah melestarikan budaya Tionghoa dan Bahasanya melalui sekolah-sekolah Tionghoa dan penyebarluasan agama Kong hu Cu.
THHK Poerbolinggo
Di karsidenan Banyumas sendiri THHK dirintis pertama kali di kota Poerbolinggo (Purbalingga) oleh Sim Tjing Hien (Poerbolinggo. 17 Oktober 1864 - 30 September 1933) dan Gan Thian Koey (Poerbolinggo, 10 Oktober 1872). THHK Poerbolinggo berdiri pada 22 Desember 1905 atas permintaan 48 penduduk Tionghoa.
THHK Banjoemas berdiri pada 1907, Pelindung J. J. Meyer (Asisten Residen Banyumas) Presiden: Luitenant Tjiong A Hwe, Vice Presiden: Liem Tiang Swi, Komisaris: Siem Boen Bi, Go Boen Tjiang. Sia Joe Djin, Tan Giok Tjay (Thay), Ong Kek Tjiong, Ting Tat Swa, Be Pek Hok dan Ong Tjeng In, Adviser: Tjia Kwat Tjoen, Sekertaris Pertama: Siauw Sin Bi, Sekertaris Kedua Lauw Hay Goen. Kasir Pertama: Tji Tek Hong, Kasir Kedua: Ong Tieng Jang, dan Ceremonie meester: Siauw Ma Jan
THHK Soekaradja
THHK Soekaradja berdiri pada 23 Maret 1907 atas permintaan 32 penduduk Tionghoa dan di setujui pada 2 April 1907. Pelindung adalah Luitenant titulair Kho Yoe Seng, President: Kho Yoe Keng, vice-President: Go Boe Fa, commissaris: The Thiam Hok, Lauw Kok Lerng, Lie Eng Hin. The Tong, Kho Han Tjwan dan Oey Sam Yang. Tan Hay Siang, Advi seur. secretaris pertama: Kho Han Tiong, sekertaris kedua: Kho Tjien Hiem. kasir pertama: Liem Tjoe Kauw Kassier kedua: Kho Han Lie, dan Ceremontemeester: Thio Khay Ka.
THHK Tjilatjap
THHK Tjilatjap
THHK Tjilatjap
THHK Tjilatjap berdiri pada 29 Juni 1907 permintaan 34 penduduk Tionghoa dan berdiri sendiri pada tanggal 1 Maret 1915. Pelindung Letnan Phoa Tjin Thay (+Tjeng Toeloes Nio), Presiden: Auw Khe Joe, Vice Presiden: Phoa Ik Tjin (Tjay), 1ste Sekertaris: Tjwa Kian Bie, 2de Sekertaris: Tan Sioe Hok, 1ste Kasir: Tan Hway Tho, 2de Kasir: Kho Tjin Kiat, Adviser: Lie wie wan. Komisaris: Phoa Ik Kwan, Tjwa Kian Hoe, Kwee Tiong Hay, Kwee Hoey Tioen, So Ik Tjia. Phoa Ing Khoen, The Po Bie, Liem Djin Tik, Oey A Teng dan Kho Tim Seng, Ceremonie meester: Phoa Tim Tik, Penagih: Phoa Tiong Tjay
THHK Poerwokerto berdiri pada 21 Agustus 1907 dan berdiri sendiri pada tahun 1930
Pelindung: The Tjoen Ho, Presiden: Tan Hay Siang, Vice Presiden: Oey Soe Ka, 1ste Sekertaris: Tan Hay Siek, 2de Sekertaris: Kwe Koat Tjin, 1ste Kasir: Thio Tjoam Seng, 2de Kasir: Oey Tjoe Gie, Adviser: Oey Tik Sing. Komisaris: The Tiam Hok, Oey Joe Wan, Thio Keng Siang, Lie Eng Soey, Tan Tjeng Gan, Go Yoe Tjay, Thio Tjoam Seng, Sie Tjin beng, Kho Ho Tjwan dan Siauw Sin Tik, Ceremonie meester: Nie In Taoo.
THHK Boekatedja Poerbolinggo berdiri pada 22 Juni 1917 dan membubarkan diri pada tahun 1930
Presiden: Siem Liang Soey, vice-President: Liem Tiang Tjay, 1ste Secretaris: Shen Liang Ngan, 2de Secretaris; Oey Tjin An, Kassier: The Teng Hien, Adviseur: Tan Liang Ho dan Oey Tiang Beng, Commissaris, Tjhi Hoay Hok, Tan Eng Long, The Tioen Seng, Kho Ke Lian, dan Oey Tjin Sim, Ceremoniemaester: The Tiang Hoey,
http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Wijkenstelsel
http://id.wikipedia.org/wiki/Passenstelsel
http://id.wikipedia.org/wiki/Sun_Yat-sen
http://iceteahistoria.blogspot.com/2012/11/peranan-kaum-tionghoa-dalam-perdagangan.html
Riwajat 40 Taon THHK Batavia - Nio Joe Lan 1940
http://www.geni.com/people/Phoa-Ik-Tjin
silsilah Tjoe Ek Tjoan Adipala
Orang - Orang Tionghoa di Java 1935 Tan Hong Boen Solo
Orang - Orang Tionghoa di Java 1936 Tan Hong Boen Tegal
Buku peringatan 50 tahun (1903-1953) perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) Purbolinggo
Terimakasih kepada
- Ci Lena Budiono (Keluarga Thio Purbalingga)
- Ko Yongki (Keluarga Tan Purwokerto)
- Ko Bambang antikpraveda.blogspot.com
- Ko Kho Boen Goan (Sokaraja)
- Mas Alvian purwokertoantik.com
- Pak Steve Haryono Belanda
- Ibnu Fauzan Mahasiswa Sejarah UGM
- Mr. Rob Kho
- Mas Iluk (Sokaraja)
dan lainnya yang tidak bisa di sebut satu-satu.
Riwajat 40 Taon THHK Batavia - Nio Joe Lan 1940
http://www.geni.com/people/Phoa-Ik-Tjin
silsilah Tjoe Ek Tjoan Adipala
Orang - Orang Tionghoa di Java 1935 Tan Hong Boen Solo
Orang - Orang Tionghoa di Java 1936 Tan Hong Boen Tegal
Buku peringatan 50 tahun (1903-1953) perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) Purbolinggo
Terimakasih kepada
- Ci Lena Budiono (Keluarga Thio Purbalingga)
- Ko Yongki (Keluarga Tan Purwokerto)
- Ko Bambang antikpraveda.blogspot.com
- Ko Kho Boen Goan (Sokaraja)
- Mas Alvian purwokertoantik.com
- Pak Steve Haryono Belanda
- Ibnu Fauzan Mahasiswa Sejarah UGM
- Mr. Rob Kho
- Mas Iluk (Sokaraja)
dan lainnya yang tidak bisa di sebut satu-satu.
Langganan:
Postingan (Atom)