Minggu, 23 Juni 2013

Suikerfabriek Kalibagor

Suikerfabriek Kalibagor atau Pabrik Gula Kalibagor yaitu perusahaan gula pertama yang di dirikan di wilayah karsidenan Banyumas dan beroprasi paling lama di bandingkan dengan pabrik gula yang dibangun setelahnya seperti Suikerfabriek BodjongSuikerfabriek Klampok, Suikerfabriek Poerwokerto dan Suikerfabriek Kaliredjo

Pabrik ini didirikan pada tahun 1839 oleh Sir Edward Cooke, setelah setahun sebelumnya telah di coba untuk ditanam perkebunan Tebu di Kalibagor. Sir Edward Cooke lahir di Pulau Pinang dan meninggal di Kalibagor pada 24 Februari 1847, dan di istirahatkan di Belakang Pabrik bersama dengan menantunya Alida Geertruida Frederika Busselaar istri Edward Cooke Junior. Kuburan bayi laki-laki satu-satunya adalah anak dari pasangan J.J.D Ottenhoff (Kepala Mekanik) dan N. Van Gederen Stort. (Baca kuburan belanda pabrik gula Kalibagor)

Sir Edward Cooke hanya menjalankan pabrik ini selama 9 tahun di Kalibagor karena beliau meninggal pada tahun 1847 dan di gantikan oleh anaknya yaitu Edward Cooke Jr. (Junior) dari istri kedua Sir Edward CookeEdward Cooke Jr. memperistri Alida Geertruida Frederika Busselaar, namun sayang baru menikah selama 5 bulan 21 hari meninggal dunia, dan menikah kembali pada 26 Juni 1852 dengan Anna Paulina Greuder. 
Pabrik ini juga pernah dipimpin oleh beberapa administratur diantaranya bernama P.C. JonkersJ.A. Pietermaat. dan J. Pool
Pabrik ini didirikan beserta perumahan pegawainya yang berada di seberang jalan dan selatan pabrik. Menurut sejarah daerah Kalibagor dan Sokaraja (Soekaradja) dulu merupakan kota industri yang lumayan ramai, bahkan lebih ramai dari Purwokerto sebelum pemerintahan di pindah dari banyumas ke Purwokerto pada tahun 1936. Disana juga terdapat pabrik Keramik, pabrik Kuningan, pabrik Tapioka dan beberapa perusahaan milik warga Tionghoa.

Pada awal diberdirikannya pabrik ini menggunakan teknologi tradisional dengan menggunakan tenaga manusia dan hewan. Begitu juga bentuk transportasi pengangkutan batang tebu dari perkebunan tebu yang tersebar di wilayah Sokaraja, Purwokerto, Ajibarang, dan bahkan seberang sungai Pelus. Pada awal penggunaan lori pun belum menggunakan lokomotif tapi masih menggunakan tenaga manusia dan hewan.

Sebagai pioner pabrik gula di karsidenan Banyumas, pabrik ini juga yang berjasa atas di bangunnya jalur kereta Serajoedal Stoomtram Maatscapij (SDS) sebagai revolusi transportasi, setelah 57 tahun hanya menggandalkan transportasi tradisional. Dengan adanya Serajoedal Stoomtram Maatscapij (SDS) proses transportasi peralatan dan komoditas menjadi lebih cepat. Pabrik ini juga pencetus revolusi industri di karsidenan Banyumas dengan mendatangkan mesin-mesin modern penggiling tebu, dikarenakan mesin-mesin baru di datangkan melalui jalur kereta SDS dan pabrik ini juga mulai menggunakan lokomotif untuk menarik rangkaian lori dari perkebunan ke pabrik

Pada tahun 1934 dimana krisis konomi dunia melanda dan gula tidak bisa menjadi komoditi utama untuk di ekspor ke Eropa karena di Eropa sedang berkecamuk perang dunia I. Sindikat  pabrik gula di Jawa terpaksa melikuidasi pabrik gula Bodjong (Bojong), Poerwokerto (Purwokerto), Klampok dan Kaliredjo (Sumpyuh) dan menggabungkan asetnya ke pabrik gula Kalibagor.

Perusahaan ini gulung tikar sekitar tahun 1996-1997 setahun sebelum era Reformasi. Dan pada era awal reformasi perusahaan ini dijarah habis-habisan oleh warga sekitar dan bahkan dari daerah lain, entah apa pemicunya. Rumah-rumah dinas dan isi pabrik juga rangkaian rel habis dan hanya menyisakan bekas tanah kosong yang memanjang dan menikung.
Menurut cerita warga Sokaraja, para penjarah kebanyakan terkena musibah yang biayanya lebih dari harga jual hasil jarahannya. Sungguh ironis sekali mendengarnya ...


Foto Pabrik Dari Luar


www.banjoemas.com
Pabrik dengan hamparan ampas tebu untuk di keringkan | ca. 1905


www.banjoemas.com
Barak di Pabrik


www.banjoemas.com
Rangkaian kereta mengangkut gula dari pabrik


www.banjoemas.com
Pabrik gula terlihat dari stasiun SDS Sokaraja


www.banjoemas.com
Een z.g. Bok mengolah besi di Pabrik gula


www.banjoemas.com
Halaman gudang digunakan untuk mengeringkan alat pengering gula, Disana terlihat orang Belanda Pietermaat, Ottenhoff dan Lange


www.banjoemas.com
Pekerja wanita menghancurkan gula

 Foto Perkebunan dan Sistem Pengangkutan Tebu

www.banjoemas.com
Bongkar muat tebu di halaman pabrik


www.banjoemas.com
Kantor jembatan timbang dan bengkel


www.banjoemas.com
Lori sarat muatan menganti untuk masuk ke jembatan timbang


www.banjoemas.com
Memanen di perkebunan tebu Pekadja (Pekaja) untuk di bawa ke pabrik gula


www.banjoemas.com
Muatan tebu diangkut dengan bowongkarren


Foto Dalam Pabrik


www.banjoemas.com
Ottenhoff Philips, Jager dan beberapa pegawai orang Jawa


www.banjoemas.com
Dalam pabrik gilingan Maxwellmolen, terlihat operator Ottenhoff dan Van Stenus


www.banjoemas.com
Bagian peleburan dalam pabrik


www.banjoemas.com
Bagian mesin Fletchermolen,  insinyur Van Stenus dan Ottenhoff


www.banjoemas.com
Bagian dapur pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Tampilan depan kantor perusahaan gula Kalibagor dilihat dari jalan utama yang diberikan administrator Eropa dan beberapa staf adat | ca.1905


banjoemas.com
Karyawan pabrik gula dan beberapa pekerja pribumi


www.banjoemas.com
Kantor pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Kantor dan gedung workshop pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Foto bersama karyawan pabrik gula Kalibagor


www.banjoemas.com
Karyawan pabrik gula sedang melakukan inspeksi dengan motorlorrie | 1938



www.banjoemas.com
Karyawan pabrik gula sedang melakukan pemeriksaan | 1938


Semua data gambar diambil dari Wikimedia Commons dan Tropenmuseum



www.geheugenvannederland.nl
budiutomotour.wordpress.com

Selanjutnya Perumahan Pegawai Suikerfabriek Kalibagor


45 komentar:

Hilmy Nugraha mengatakan...

ni dekat rumah saya mas...

Jatmiko W mengatakan...

Kapan2 temenin mbalsuk ke dalem mau mas Hilmy?

review mengatakan...

wwoow?? gambarnya langka banget nihh...

Sulis.Banyumas mengatakan...

Mas Jat,
Semasa kecil dulu aku sering blusukan ke dalam pabrik gula ini, kalau sedang giling (beroperasi) aku sering nggandul lori (nyemplak) baik yang ditarik dengan lokomotif uap maupun yang diesel bersama dengan teman2 sebayaku. Ayahku juga seorang karyawan pabrik gula yang mana kalau sedang giling aku kadang merengek minta diajak masuk pabrik yang sedang mengolah tebu (kesenangan tersendiri bagiku melihat mesin2 yang sedang beroperasi) dan yang paling menyenangkan adalah mengambil gula yang baru jadi/baru keluar dari mesin dan masih hangat untuk dimakan.
Dibelakang pabrik gula terdapat kuburan belanda yg cukup terawat namun sekarang aku ga tau kondisinya sejak dimangkrakkan dan dijual ke pihak swasta.
Jika musim giling akan dilaksanakan maka pihak pabrik mengadakan acara syukuran/selamatan yang dikenal dengan istilan "Partaian" mungkin berasal dr bhs belanda "partij" yang artinya pesta (pesta giling) dengan berbagai tontonan yang diadakan ditempat tempat tertentu seperti wayang golek di kandang sepur, Lengger di tempat pemasakan batu gamping, wayang orang di depan kantor utama, ada Ebeg/Jatilan dll. Biasanya diikuti dengan pasar malam dan lomba-lomba antar pegawai dr masing2 bagian pabrik ini dan kita biasanya akan menemukan banyak sesaji hampir di tiap sudut pabrik.
Aku cukup mengenal keberadaan pabrik ini dan tempat ini menyisakan berbagai kenangan masa kecilku dulu.
Mas Jat, tulisan njenengan ini membuat mataku berkaca-kaca dan rasanya ingin kembali ke masa itu. Terimakasih banyak telah berbagi disini.
-Sulistiono-
sulis.banyumas@gmail.com

Jatmiko W mengatakan...

Wah ternyata masih keluarga PG. Kalibagor ya mas, acara serupa ada di madukismo Jogja yang masih ada sampai sekarang, berjudul Cembengan. Inilah gunanya mas Sulis berbagi cerita disini, untuk generasi sekarang saya yakin banget mereka banyak yang nggak peduli. Padalah untuk sebagian orang yang mengalami masa2 itu pasti adalah kenangan yang tak terlupakan. Bagiku juga asiknya nulis di blog ini adalah sebuah pengalaman yang tak pernah aku sendiri ketahui dan ternyata adalah sebuah sejarah besar yang mengorbankan beberapa generasi diatas kita yang akan hancur dengan cepat tanpa meninggalkan apa2 untuk anak cucu. (maaf terlalu dramatis)

wie ajah mengatakan...

makasih banget mas untuk tulisan ini kk.... saya suka tulisan heritage tapi baru nemu tulisan ttg kota kelahiran.. wah, bermanfaat banget,,,,

adi w mengatakan...

Thankz Mas...sebagai saksi hidup masa2 penjarahan jadi inget pas dulu ramai2 nya penjarahan di PG Kalibagor,kebetulan saya tinggal di Pajerukan belakang PG Kalibagor,tapi kalau masalah musibah yg diterioma para penjarah saya malah baru tahu belakangan ini....

Anonim mengatakan...

Pabrik gula kalibagor menyimpan banyak sejarah dan banyak kenangan bagi orang yang pernah menjadi saksi kejayaannya. kakekku, om ku, dan ibuku kerja disini. Ibuku di bagian lab.PTG dan aku juga pernah sekolah di TK Wijaya Kusuma yg terletak di komplek Pabrik gula ini. Aku pernah merasakan yang namanya partaian, nonton ebeg, dan wayang golek. Yg paling mengesankan adalah setiap menemani ibu mengamati hasil perkiraan cuaca di taman gizi. banyak pengalamanku dengan pabrik gula ini. melewatinya selalu mengingatkanku pada masa lalu, sejarah yang sangat berhrga.

Jatmiko W mengatakan...

Terimakasih semuanya Wie Ajah, Adi W, Ritatasiro, kita dilahirkan "Amnesia" tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya disini kita semua berharap mengerti masa lalu.

yoyo mengatakan...

Bagus mas, foto2nya penting untuk orang yang belum tau kaya aku... Aku ingetnya pas th 2001an, aku diajak Ortu kePwt waktu siang2, dipabrik gula ada loko lori sama lorinya yang panjang masuk ke pabrik gula trus bolak balik tidak tau ngapain, jane aku mau kesana tapi tidak boleh sama Ortu. Katanya kakaknya bapaku pernah kerja di PG Kalibagor, kerjanya ndorong dan narik lori pake Traktor gede,
Sedihnya makin lama PG mulai tidak aktif, jalurnya juga ditimbunin dan lorinya makin jarang yang jalan, akhirnya th 2002an aku cuma gerbong lorinya aja yang keliatan dihalaman pabrik.... yang paling sedih itu pas lori2nya dibawa untuk dipindahkan, dan pintu2 masuk ke PG Disemen, contohnya yang dideket jembatan Jatisari. Seandainya PG Kalibagor diaktifkan lagi...

Jatmiko W mengatakan...

Yoyo, memang pencitraan terhadap orang yang bekerja di Pabrik gula dan perkebunannya sangat melekat sampe tahun 1995 "kejam" karena itu bawaan dari awal berdirinya pabrik gula merupakan kelanjutan dari tanam paksa, dan sitem kerja Belanda sangat tegas dan rasis. Saya terahir lihat tahun 1990han pas naik bis Pwt - Jogja, kalo jamannya giling ya daerah sokaraja seringnya macet karena ada rangkaian lori menyebrang di deket bioskop. Namun dari pengamatan saya PG. Kalibagor yang sekarang kita lihat berbeda jauh dengan bentuk bangunan pada saat awal dibangun (masa Kolonial). Salam

Unknown mengatakan...

jadi kemutan nek lagi musim giling pada dus-dusan nang kali anget di dalam pabrik karo batir"ku kang kidul pabrik............ tahun 87 - 91..... Tri Suroso trisurosoaing@yahoo.co.id

Yoyo mengatakan...

mas Miko apa iya ada jalur lori PG kalibagor - Baturadden ? palingan sampai Mersi lalu nyebrang ke Ledug aja..., terus Mas Miko punya mapnya nggak yang jalur decauville PG Kalibagor ?

Jatmiko W mengatakan...

Itu milik SF Poerwokerto, hanya sampai ke Pandak, sedangkan yang milik Kali Bagor Sampai ke Datar.

Yoyo mengatakan...

tapi ada jalan lori dari PG kalibagor ke Mersi kan mas? contohnya yang dideket RS Margono - Mersi, blognya terus diupdate ya mas !!!

Unknown mengatakan...

Mas, terima kasih atas sejarah singkat yang sangat lengkap ini. foto e kerene puoolll mas... tek save ya mas e, untuk keperluan project saya. matur suwun, dan njaluk pangapurane kalo ada salah2 kata mas...

Top Markotop
Sukses Selalu

Unknown mengatakan...

permisi mas, om, saya mau tanya, kalau mau tau informasi/arsip PG KALIBAGOR bisa di dapat diman yaa mas, omm?
soalnya saya tertarik buat meneliti tentang kontrak perjanjian penggunaan tanah PG KALIBAGOR,
mohon informasiinyaa yaa mas. ommm....
rizkiana.hidayat@yahoo.co.id
(anna)

Jatmiko W mengatakan...

Mario Hideyuki, terimakasih kunjungannya, senang bisa berguna, gambar silahkan di gunakan dengan mengacu lisensi Creative Commons.

Kurniawanna Anna, ke Arsip Nasional kayaknya ada, atau kalau nggak salah ke kantor Solo Madu di Solo, Saya juga sedang mencari untuk memperdalam tulisan saya diatas, hanya belum punya waktu

Unknown mengatakan...

mas jatmiko, arsip nasional di kantor mana ya mas? saya cari di arsip banyumas sudah ga ada mas...
mas punya alamat kantor solo madu ga mas?
mas mau cari kapan?
bisa bareng ga mas? hhehe
makasih yaa mas :)

Jatmiko W mengatakan...

Anna, Arsip Nasional ada di Jakarta Jl. Ampera Raya No. 7, kalau mau mampir ke rumah saya minggu depan, saya juga punya beberapa arsip berbahasa Belanda yang mungkin bisa menambah pengetahuan

Anonim mengatakan...

Terima kasih pd mas Jatmiko yang telah mampu mengungkap sejarah PG.Kalibagor dengan foto-foto dokumentasinya yang hebat.Tahun 1994 saya atas nama teman-teman dari Serulingmas Bandung,sempat menulis surat kepada DPRD Kab.Banyumas agar mencegah penjualan aset PG.Kalibagor yang memiliki nilai sejarah yang luar biasa itu.Tapi sayang kesadaran sejarah amat tipis, dan saya dengar proses penjualan disetujui. Apabila DPRD Kab.Banyumas saat itu mau mecegah, aset warisan sejarah itu dapat diselamatkan.Padahal bangunan komplek perumahan dibangun dengan corak dan gaya arsitektur Eropa yang unik yang tiada tandingannya di Kab.Banyumas.Kini kita tinggal menyaksikan puing-puingnya yang merana.Hanya cerobong asapnya yang masih nampak gagah menjulang ke angkasa,seakan hendak memperlihatkan sisa kejayaanya dimasa lalu.Saya kira tidak sampai setengah abad lagi,puing-puing bangunan PG.Kalibagor itu akan lenyap ditelan bumi,menyusul saudaranya yang telah lebih dulu punah,PG.Klampok,Bojong,Purwokerto dan Sumpiuh.Tidak banyak yang tahu bahwa Ki Hadjar Dewantara,saat masih bernama RM.Suwardi Suryaningrat,pernah bekerja sebagai ahli Kimia di PG.Kalibagor,(1910-1911M).Gagasannya tentang Indonesia Merdeka dan manusia salam bahagia,serta masyarakat tertib damai,terilhami justru saat beliau tinggal di kompleks perumahan PG.Kalibagor bersama para aristokrat gula yang orang Belanda.Kelak generasi muda hanya bisa menyaksikan sisa-sisa kebesaran PG.Kalibagor lewat dokumentasi hasil karya mas Jatmiko.Termasuk saya sendiri yang memang dari kakek buyut,kakek,ayah,kakak,bahkan adik semuanya bekerja di PG.Kalibagor.Setiap pulang ke Kalibagor,saya ambil fotonya,sebelum semuanya tenggelam di telan bumi.Di sisi kanan jalan,dari arah Sokaraja-Banyumas, sebelah selatan PG.Kalibagor,terdapat sebuah masjid PG.Kalibagor yang kini masih berfungsi dengan baik.Masjid PG.Kalibagor itu berdiri pada tahun 1964.Tokoh Pendirinya adalah karyawan staf PG.Kalibagor,yaitu Bp.Bahrun,Bp.Rusman,Bp.Gondo,Bp.Abusoli,semuanya sudah almarhum.Masjid inilah yang kelak akan menjadi saksi sejarah PG.Kalibagor, saat sisa-sisa bangunan PG.Kalibagor,salah satu pabrik gula tertua di P.Jawa,lenyap ditelan bumi.Wallau'alam.
Anwar Hadja-Bandung-E-mail: anwar.hadja@yahoo.com

Anonim mengatakan...

Sebagai salah seorang penduduk asli Kalibagor,saya sendiri kurang tahu persis,kapan nama desa Kalibagor mulai dikenal dalam sejarah.Yang jelas jalan raya Sokaraja-Banyumas yang membelah tengah-tengah PG.Kalibagor itu-disisi kiri jalan bangunan pabrik dan sejumlah perumahan dan sebelah kanan jalan bangunan kantor,perumahan karyawan staf,paling utara rumah direktur yang dulu dikenal sebagai Toean Besar,sehingga lojinya dinamakan Besaran-adalah juga jalan yang memiliki nilai sejarah.Karena pada tahun 1677 Sunan Amangkurat I,yang melarikan diri dari Kratonnya di Plered,karena kratonnya diduduki Trunojoyo,telah melewati rute jalan Patik Raja-Kalibagor-Sokaraja-Menyusuri lereng selatan gunung Slamet,akhirnya sampai di Slawi dekat Tegal.Di Patik Raja,Sunan sudah mulai sakit-sakitan.Bahkan petugas perawat kuda Sang Raja,meninggal dan di kuburkan disitu.Perawat kuda disebut patik, karena itu desa itu kemudian disebut sebagai desa Patik Raja.Rombongan Sunan yang disertai Putra Mahkota Adipati Anom, meneruskan perjalannya dari desa Patik Raja berjalan ke arah timur menyusuri pinggir Sungai Serayu,sampai sejauh lebih kurang 10 km,kemudian belok kiri,akhirnya melewati desa Kalibagor,dan sampai di desa Sokaraja.Rombongan Sunan Amangkurat I beristirahat lagi di situ.Kondisi kesehatan Raja yang semula memburuk dan kristis,ternyata setelah istirahat beberapa hari di desa Sokaraja,nampak pulih.Maka para pengikutnya bersuka ria dan bergembira,demikian pula Sang Raja.Maka desa itu kemudian diberi nama desa Sukaraja,yang berarti Raja bersenang-senang.Lama-lama nama Sukaraja oleh lidah Banyumas,berubah jadi Sokaraja,sampai sekarang ini.Setelah sehat rombongan Amangkurat I itu menersukan perjalanannya ke Batavia,karena hendak meminta pertolongan Kompeni,sahabatnya.Tapi di Slawi Sang Raja kembali sakit,dan kali ini tidak tertolong dan Sang Raja pun mangkat di desa yang kelak diberi nama Tegal Arum.Putra Mahkota pun diangkat sebagai penggantinya dengan gelar Amangkurat II(1677-1703 M).Dari kisah tersebut,dapat dipastikan desa Kalibagor mulai dikenal bersamaan dengan mulai dikenalnya desa Patikraja dan Sokaraja.Dengan kata lain,kuat dugaan bahwa Desa Kalibagor sudah dikenal sejak tahun 1677 M.(Anwar Hadja-Bandung,E-mail -anwar.hadja@yahoo.com).

Jatmiko W mengatakan...

anwar.hadja, salam kenal salam lestari

wah lengkap sekali ceritanya, mungkin ada sangkut pautnya juga kenapa Kalibagor dibangun Suikerfabriek pertama di Residentie Banjoemas, dan kota industri pertama di wilayah ini.Sokaraja juga turut tenar bersama Kalibagor bersama orang Tionghoa Sokaraja menjadi kota besar kedua setelah Cilacap.

Menghubungkan Timeline sejarah lokal dengan sejarah lokal daerah lain atau nasional sungguh membangganggakan. sehingga menjadikan sejarah lokal sebagai penopang sejarah Nasional.

Salam lestari, terimakasih sudah berkunjung ..

Anonim mengatakan...

Mas Jatmiko,salam kenal juga.

Terimakasih banget atas dokumentasi Mas Jatmiko yang luar biasa itu.Sebuah masa lalu yang indah yang hampir hilang dapat Mas Jatmiko selamatkan.Semoga Mas Jatmiko senantiasa mendapat barokah,rahmat,dan kasih sayang dari Tuhan YME,agar terus dapat berkarya menyelamatkan masa lalu yang hampir hilang dari memori publik bangsa kita,Amiin.Betul sekali,sejarah lokal akan memperkaya sejarah nasional.Sayang sejarah lokal sepertinya merana,kurang mendapat perhatian dari Pemda.
Goodluck for you,see you later,bye...
Salam hormat selalu-Anwar Hadja-Bandung

Anonim mengatakan...

mantap mas Jat,bpk sy dulu karyawan PG Kalibagor,sepulang sekolah dulu sy diajak ke lokasi pabrik umur sy msh 7 thn wkt itu thn 1986 saya sangat kagum dengan teknologi jaman dulu mesin2 begitu besar dan msh bisa beroperasi dengan sempurna padahal saya lihat di bagian salah satu mesin tertera tahun pembuatan 1802 sejak saat itu saya ketagihan, setiap pulang sekolah pasti sy minta nyusul bpk di pabrik untuk melihat proses pembuatan gula, oleh teman bpk, sy diajak berkeliling pabrik tp sayang sekarang hanya tinggal puing dan bangunan tua, saya dan teman rencana mau melihat sisa2 peninggalan pabrik dan loji2,hari kamis kbtulan libur tgl 9 mei. Heppy. email:happyluckyto@gmail.com

Unknown mengatakan...

Mantap nih artikelnya...

Anonim mengatakan...

nama saya agus widodo, saya seorang masinis di pabrik gula assembagoes situbondo. sekarang banyak pabrik yang merugi karena kapasitas giling yang terlalu kecil......semoga indonesia bisa ber swa sembada gula......agus_pracahyo@yahoo.com

Unknown mengatakan...

Artikel yang luar biasa, dari tahun 1995 sampai sekarang, hampir tiap minggu saya lewat PG Kalibagor. Betul sekali kalau ada yg mengatakan kondisi sekarang sangat sangat memprihatinkan. Area depan pabrik yang dulu jadi perumahan karyawan sekarang dijadikan tempat parkir truk truk besar. Sampai saat ini saya masih penasaran sekali untuk melihat dari dekat suasana di dalam pabrik atau di dalam bangunan perumahan meskipun tinggal puing yang tersisa. Semoga ada teman atau rekan yang berkenan menemani menelusuri cerita yang tersisa di dalamnya. Salam Simon Arcawinangun Pwt

Jatmiko W mengatakan...

Anwar Hadja, Terimakasih sekali pak doanya saya hanya berbuat semamu saya, Saya doakan juga buat pak Anwar Hadja di beri kesehatan dan umur panjang. Dan ini juga jadi cambuk buat pembaca di sini untuk menjadi donatur artikel penelitiannya atau arsip lamanya untuk ikut di sematkan dan di selamatkan. Salam

Heppy Lukito, terimakasih sudah berkunjung dan menceritakan pengalamannya, kalau boleh ada peninggalan bapak berupa arsip yang bisa di bagi disini silahkan ke admin@banjoemas.com

Iwan Santoso
Agus Pracahyo
Terimakasih kunjungannya dan semangat.

Simon Bolivar, kami berencana mblusuk ke Pabrik Gula Kalibagor lagi silahkan hubungi jatmikow@banjoemas.com

All, Salam

Unknown mengatakan...

Minta akun facebooknya mas jatmiko, nanti biar bisa tukar kontak hape sekalian, nuwun

Jatmiko W mengatakan...

simon bolivar, account saya milo milo wicaksono (jatmiko wicaksono) atau 08884039100, dengan senang hati

Unknown mengatakan...

Update manink foto sink anyar donk,,,,

Anonim mengatakan...

Saya sangat bangga n terharu mengingat ini semua yg anda tuliskan....Salam kenal...

Tanah murah mengatakan...

Salam kenal dari anak Jatisari Kalibagor belakang Polsek kalibagor....
Saya sangat bangga n terharu mengingat yg anda tulis....saya sangat mengalami semua yg anda ceritakan...terimakasih...mohon share untuk tautan anda ini bila di perkenankan....

cahyo mengatakan...

Bekas jalur kereta pengangkut gula sepertinya masih dapat ditemui antara PG. Kalibagor - Eks. Stasiun Sokaraja. Semoga peninggalan tersebut dapat menjadi salah satu monumen PG. Kalibagor

Unknown mengatakan...

saya penasaran yg kata2 orang2 skitar ada kuburan 'Tuan Kuk' di bawah pohon besar di dalam area pabrik, kta'nya kburannya sdah amblas smpe peti mati'nya klihatan.. bnera ga si mas.? tau info'nya ga.? saya dn teman2 pngen liat tpi tkut.. he..
saya tnggal di blakang eks. pabrik kramik skj mas, dkat PG. Kalibagor jga..
trima kasih..

Unknown mengatakan...

Saya ngga ngalami waktu pabriknya beroperasi, tp klo lewat pingin masuk. Sayang sekarang sudah dihancurkan, pupus sudah buat liat bangunan bersejarah di banyumas.

Unknown mengatakan...

mantappp informasinya mendetail dan sumbernya jelas.ditunggu postingan selanjutnya.visit my site too
ST3 Telkom
and follow my social media instagram please :
Jalin Atma

Unknown mengatakan...

pengin gabung komunitas ini, gmna caranya ya mas mboo. saya masih siswa kelas 10 di SMAN banyumas

Unknown mengatakan...

nyesek kalo ingat pengin ke partaian ga dibolehin sama ibu.

Unknown mengatakan...

nyesek kalo ingat pengin ke partaian ga dibolehin sama ibu.

Unknown mengatakan...

Permisi Mau menanyakan tentang jembatan busur melengkung (Boogbrog) mersi S.F. Kalibagor yang mengangkut kereta lori ke/dari S.F. Kalibagor apa masih ada?. karena kakek saya yg belanda yang membangun jembatan tsb pada tahun 1955. saya belum pernah kesana sebelumnya.

George Cooke mengatakan...

Terima kasih atas informasi dan foto-fotonya. Saya George Cooke, keturunan Sir Edward Cooke. Saya sekarang tinggal di Belanda. Adakah yang tahu jika Edwar Cooke sr dan jr ada di gambar. Ada yang tahu siapa orang tua Sir Edward Cooke yang lahir di Penang Malaysia? Terima kasih!

Unknown mengatakan...

Saya punya Kakak yang dimakamkan di kompleks kuburan itu..
Januari 2022 ini saya baru aja menengok ke makam itu.. Kondisinya masih sama..tidak ada yang berubah..

Anonim mengatakan...

Mas Sulis ini ada ahli waris PG yang berkirim email ke jenengan ya

Posting Komentar

Silahkan isi komentar anda !
Jangan lupa tinggalkan Nama dan alamat emailnya