
Poerwakerta atau Purwakerta; "Purwa" yang konon diambil dari nama sebuah negara kuna di tepan sungai Serayu "Purwacarita" bermakna "permulaan" dan "Kerta" yang diambil dari nama ibukota kadipaten "Pasir" yaitu "Pasirkertawibawa" yang dalam bahasa Jawa-Kawi bermakna "kesejahteraan" atau lengkapnya menjadi "Permulaan kesejahetraan".
Purwakerta merupakan kota kecil yang berawal dari sebuah desa di sebelah timur kadipaten Pasir yang berpusat di pasar Wage. Pada tahun 1830 kota Purwakerta lebih kecil dibandingkan dengan Sokaraja, Ajibarang dan Banyumas, bahkan ketika pada tahun 1831 saat pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem pemerintahan dengan membagi-bagi daerah kota Purwakerta hanya dijadikan ibukota Distrik dibawah Kabupaten Ajibarang. Walaupun kemudian pada tahun 1836 kota Ajibarang terkena musibah angin puting beliung selama 40 hari 40 malam yang akhirnya atas persetujuan Residen Banyumas pusat kota kabupaten Ajibarang di pindah ke desa Paguwan (Paguhan) yaitu desa sebelah barat ibukota distrik Purwakerta oleh bupati Raden Tumenggung Bartadimeja yang bergelar Raden Adipati Mertadireja II dan Asisten Residen Werkevisser. Seperti kota-kota lain yang direncanakan dan dibangun oleh Belanda, kota baru didirikan di lahan yang baru dengan perencanaan yang baru.
Desa Paguwan berada di sebelah barat sungai kranji dan kota Purwakerta, di sebelah timur sungai Banjaran di sebelah utara Pereng (tebing) sungai Kranji. Alun-alun dan pendopo kabupaten dibangun di selatan hamparan sendang yang sangat jernih airnya (sekarang sudah dibangun sebuah mall) yang dulu merupakan tempat mandi para santri di pondok pesantren Pekih di Paguwan. Sedangkan rumah Asisten Residen Purwakerta berada di Bantarsoka (Tebing sungai Banjaran) dan kantor landkas berada di sebelah timurnya.

Peta Purwakerta yang diadaptasi dari peta Belanda tahun 1940
Pendopo Kabupaten di Purwakerta yang di bangun pertama kali
Bupati, Pegawai propinsi dan Kabupaten
Pendopo tempat tinggal Asisten Residen
Rekaman visual Purwakerta setelah dijadikan sebagai ibukota kabupaten memperlihatkan adanya pembangunan dimana layaknya sebuah kota yang baru saja di buka. Kota baru masih terlihat sangat sepi hingga akhirnya pada tahun 1993 kota Purwakerta dibangun sebuah pabrik gula Purwokerto (Suikerfabriek Poerwakorto) di perbatasan antara kota baru dan kota lama dan juga dibangunnya jalur kereta api Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) pada tahun 1896 dan stasiunnya di bangun di wilayah kota baru bersama dengan kantor, hotel dan rumah-rumah untuk pegawai kereta apinya. Jalur kereta Staats Spoorwagon (SS) kemudian di bangun pada tahun 1917 dengan membangun stasiunnya berada di barat pendopo kabupaten.
Setelah dibangunnya dua jalur kereta api ini pembangunan kota mulai menggeliat bangunan-bangunan sangat megah dan besar mulai di bangun seperti Stasiun, Sociteit Slamet (Sekarang gedung RRI), gedung Porka, beberapa sekolah, bank rakyat dan lainnya. Sungguh membuktikan bahwa sarana transportasi yang cepat akan merubah sebuah kota kecil menjadi kota besar dengan cepat. Awal abad 19 merupakan era keemasan hasil eksploitasi di Hindia Belanda akan Gula dan Tembakau, kota-kota di Jawa pun mengalami kejayaan termasuk kota Purwakerta.
Suikerfabriek Purwakerta
Di sektor transportasi juga mengalami peningkatan yang cukup drastis dimana barang-barang bisa di distribusikan lebih cepat dan lebih luas lagi. Dua buah stasiun Besar dari dua perusahaan yang berbeda pun di bangun di Purwakerta. Yaitu Stasiun Timur Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) berada di timur bendungan Kradji (Kranji) yang di bangun pada tahun 1893 dan stasiun Besar Staats Spoorwegen (SS) di barat sungai Bandjaran. Namun kedua Stasiun tersebut terhubung satu sama lain.

Stasiun Timur SDS
Stasiun Timur SDS
Stasiun SS di Bantarsoka

Stasiun SS di Bantarsoka foto di dalam setasiun

Kantor Electric Maatscappij Banjoemas (EMB)
Sekolah sekolah juga di bangun di sebelah utara kota diantaranya adalah MULO, Hollands-Javaanse school , Hollands-Chinese school, Volksbibliotheek (Perpustakaan Nasional) dan Vervolgschool voor meisjes (Sekolah lanjutan untuk perempuan)
sekolah MULO dan AMS
Sekolah Tionghoa - Belanda
Sekolah Jawa Belanda
Volksbibliotheek dan Vervolgschool
Gedung pertemuan Sociƫteit Slamat, Tram hotel, Volksbank, Kantor Kepolisian serta barak-baraknya, kantor Lands Kas (tempat bekerja Asisten Residen), Gedung Setan, Klinik Pabrik Gula, Pasar, Masjid dan lainnya.
Gedung Sociƫteit Slamat
Tram Hotel
gedung Volksbank
Barak untuk kepolisian
Gedung landskas
Asisten Residen dan pegawai di gedung Landskas
Klinik Pabrik Gula
Pasar Wage
Masjid Purwakerta

Sangat kompleks dan memadai sebagai syarat untuk sebuah kota besar, Hingga setelah Kabupaten Ajibarang di gabung dengan Kabupaten Banjoemas pada 31 Desember 1935, Ibukota Kabupaten pun di pindah dari kota Banjoemas ke Purwakerta pada tahun 1937 dengan dipindahkannya juga Pendopo Sipanji yang telah berusia 194 tahun dan pendopo yang asli milik kabupaten Purwakerta dirobohkan.
Ditulis pertama kali pada 17 Desember 2011 dan di update pada 24 Juli 2015
Foto Dokumentasi diambil dari :
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.