Sabtu, 28 Agustus 2010

Pampangan Nama Kios 2

Jumat, 25 Juni 2010

Perumahan Suikerfabriek Kalibagor

Rumah Administrator Pabrik Gula Kalibagor Pietermaat

www.banjoemas.com
Rumah Pietermaat administrator perusahaan gula Kalibagor. Dia berdiri dengan Nolson dan Clarkson ke rumah

www.banjoemas.com
Pasangan Pietermaat dan Nyonya Mulder di teras rumah mereka di perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Teras depan rumah seorang administrator di perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Bagian belakang rumah administrator perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Kuda-kuda di bawah pohon beringin di halaman belakang rumah administrator

www.banjoemas.com
Interior rumah administrator perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Tuan Peter dan ibu Lutjens dan seorang wanita di beranda rumah administrator perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Mr dan Mrs Pieter Maat duduk di meja di ruang makan dari administrator rumah gula perusahaan Kalibagor

www.banjoemas.com
Kamar kerja istri Mr Peter Maat seorang Administrator ukuran perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Rumah administrator dengan garasi pada perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Foto bersama di teras rumah putaran pada administrator perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Foto bersama tiga wanita di sebuah gazebo di perusahaan gula Kalibagor

Rumah Yang Lain di Pabrik Gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Setengah benar sebuah rumah semi-terpisah baru pada perusahaan gula Kalibagor, di beranda Mr Sepuluh Cate dengan anak

www.banjoemas.com
Kepala engineer Ottenhoff duduk bersama keluarganya di beranda rumah mereka di Kalibagor

www.banjoemas.com
Rumah akuntan perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Rumah baru pengawas pabrik W. Lange dan istri perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Rumah tua semi-terpisah di perusahaan gula Kalibagor, Montir Jager kiri dan kanan Von Balluseck

www.banjoemas.com
Bagian kiri dari rumah tarpisah di perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Rumah karyawan dari perusahaan gula Kalibagor masing ditempati oleh W. Lange, J. Ottenhoff, Franz dan Ten Cate

www.banjoemas.com
Sebuah taman di sebuah rumah di perusahaan gula Kalibagor

www.banjoemas.com
Bangunan tua ampasloods dibuat oleh mr. Jonkers dan dikonversi menjadi lima rumah, dijuluki Avenue Pipa

Semua data gambar diambil dari Wikimedia Commons dan Tropenmuseum

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:j6tzz_pKeSh-BM:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/41/Commons-logo-en.svg/456px-Commons-logo-en.svg.png
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/09/Tropenmuseum_-_Logo_zonder_tekst.svg/100px-Tropenmuseum_-_Logo_zonder_tekst.svg.png

Minggu, 13 Juni 2010

Penyusuran Jalur Lori dan Pabrik Gula Bojong

Jaman sekarang, jarang sekali orang tau kalau di Purbalingga terdapat sebuah pabrik gula yang sangat terkenal pada akhir abad 18 hingga permulaan abad 19 sampai pertengahan. Pada jaman Belanda di sebut Suikerfabriek Bodjong, Berlokasi di desa Bojong (Bodjong) atau sekitar 100 meter barat kamp militer TNI Bojong. Tepatnya di selatan pertigaan Bojong, sekarang bekasnya sebagian sudah menjadi Perumahan Bojong dan sebagian lagi di jadikan pemukiman dan lapangan.
Untuk reruntuhan dan puing gedung sama sekali tidak berbekas, namun bekas rel lorinya masih terlihat sampai sekarang. Menurut Suwarso Penambongan, terahir lori masih beroprasi sekitar tahun 1984 dan di cabut sekitar tahun 1990. 

Menurut cerita kusir yang mangkal di daerah Pertigaan Mirah, rel lori Pabrik Gula Bojong mencapai Padamara dan Kaligondang.

Rel Kereta SDS Banjarsari - Purbalingga sepanjang 7 km dibangun sampai Purbalingga oleh Belanda tahun1900 juga salahsatunya dikarenakan Suikerfabriek Bodjong yang membutuhkan angkutan cepat dan murah untuk menjual hasil produksi Gula dan untuk mendatangakan bibit dan pupuk.

www.banjoemas.com
Bekas jalur lori di samping perumahan Penambongan

www.banjoemas.com
Peta Lori Suikerfabriek Bodjong
Setelah Suikerfabriek Bodjong gulung tikar, lahan perkebunan di alihkan ke  Suikerfabriek Kalibagor. Dikarenakan rel lori tidak terkonek ke Suikerfabriek Kalibagor maka sistem pengangkutan berubah dari lori menjadi truk besar.

Namun peninggalan berupa bekas jalur lori yang menuju Stasiun purbalingga masih nampak jelas walau sudah tidak terdapat relnya, Beberapa jembatan dan gundukan tanah masih terlihat baik secara kasat mata maupun Google Earth

Update 23 Juni 2010
Kemaren sore ku jalan-jalan lagi di Purbalingga, targetku daerah Kandanggampang. Karena dari penelusuranku lewat Google Earth, muara rel SDS dan Rel Lori Suikerfabriek Bodjong berada di wilayah ini.

Lewat gang sepi dengan penampakan dinding seperti bangunan2 tua, di ujung gang terdapat pembatas jalan (membatasi lebar kendaraan yang boleh masuk gang) yang berupa potongan rel. Wah daerah ini pasti dulunya terdapat jalur rel. Penyisiran lanjut ke belakang pabrik permen Davos, disana terdapat saluran got tapi dari gaya dan bentuknya mirip bikinan jaman belanda.

Sampai dengan ujung gang disana saya bertemu dengan Win Am dan Kusdali, dua orang ini bercerita tentang rel yang dulu melintas di gang mereka. Dan sebuah cerita mengejutkan bahwa dahulu terdapat terowongan kereta di belakang Toko Padamara. Satu rel berada di bawah melintang Barat-Timur, dan satunya di atas melintang Utara-Selatan. Selanjutnya ku beranikan diri untuk mendatangi lokasi tersebut, namun hanya bangunan permanen jaman sekarang yang ada.

http://biblio.co.uk/ membantuku menemukan dokumen tentang Suikerfabriek Bodjong.
Cerita ini akan terus di update sampai saya merasa cukup dan capek ... hehehehe

Selasa, 25 Mei 2010

Menyusur Stasiun Timur Purwokerto

Minggu kemaren nungguin Istriku ke kantor post Purwokerto, dari pada parkir bukannya pelit mending ku motret2 di Stasiun Timur, siapa tau masih ada objek2 yang belum ku ungkap.

www.banjoemas.com

Dari arah jembatan kecil dimana Kereta SDS keluar menuju ke timur ( Pasar Wage - Sokaraja dll), ku melihat ke arah selatan terdapat sebuah  rel melintas diatas selokan yang sama dimana aku berdiri. Ku ambil beberapa gambar dan sudah saatnya ku jemput Istriku ... belum bisa lama-lama nihh

Seninnya, nunggu antrian Bank Mandiri setelah ke Percetakan, ku sempetin buat mencari tau rel yang kemaren minggu aku ambil gambarnya. Awalnya aku cuman mencoba memotret lebih dekat lagi jembatan relnya, tapi rupanya rel masih terlihat memanjang ke arah timur (kebun). Akhirnya ku putuskan untuk terus menelusurinya, sebuah bangunan tua teronggok tak terawat di samping rel yang sedang aku susuri.

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Menyebrang sungai kecil lagi, tak jauh dari bangunan tua itu, dan setelah ku melangkah menyebranginya, beberapa potong rel tergeletak begitu saja di bawah rimbunnya pepohonan. Dari sana juga ku melihat beberapa bangunan tua lagi yang kondisinya sudah tidak terawat dan di biarkan begitu saja.

Disanalah saya bertemu dengan Bapak Sirun, dia adalah pensiunan pegawai kereta api DAOP V, dulu dia menjabat di bagian motoris (waduh kerjaan apa lagi ini ku belum sempat tanyakan). Berbincang banyak dengan dia, memaparkan sebuah sejarah yang sangat besar tentang kejayaan Serajoedal Stoomtram Maatschappij, khususnya di lokasi Stasiun Timur yang menurutnya merupakan setasiun besar SDS.


www.banjoemas.com


Dikarenakan disanalah terdapat Dipo lokomotif, Bengkel, Gudang Minyak dan Turn Table. wow ... dan pak Sirun pun mengajak aku berkeliling dan memperlihatkanku sebuah bangunan cor dimana dulu terdapat mesin bubut, Bangunan tua bekas kantor bengkel dan sebuanh bangunan yang sekarang masih di tinggali oleh karyawan PT. KAI. dari lokasi itu pak Sirun menunjukan ada bangunan yang masih utuh hanya beralih fungsi menjadi rumah juga, yaitu bangunan Dipo dua pintu, dan sebuah bangunan gudang minyak. Dari sini ku melihat akhir dari rel yang aku susuri tadi, tepatnya di bangunan tua bekas kantor (Ditinggali oleh pak Sirun dan keluarganya).

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com


www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Pada tahun-tahun pasca kemerdekaan, gedung yang di tinggali Pak Sirun pernah dibakar oleh pro kemerdekaan, tapi hanya sedikit yang kena, jendela bekas kebakaranpun masih terlihat sampau sekarang.

www.banjoemas.com

Dari sana pak Sirun mengajakku ke bangunan tua pertama yang ku lihat. Sekitar 10 meter ke arah barat \, disana terdapat lobang yang agak lebar dengan diameter sekitar 5 - 7 meter. " Disinilah letak Turn Table" katany, hemmm ... pikirku besar juga ini stasiun hehehehe. Dulu disini juga terdapat 5 rel ke arah Dipo dan bengkel, tapi tinggal satu yang masih kelihatan. Yang paling membuatku miris adalah penuturannya tentang lima tahun yang lalu dia diminta DAOP V, untuk mencari besi sisa tapi bukan rel, dan pilihannya jatuh pada Turn Table . Maka 5 tahun yang lalu Turn Table telah dibongkar untuk membayar hutang besi PT KAI DAOP V. Wew ....

www.banjoemas.com


Sebenernya di tengah tengah pembicaraan ku juga nanyain "apa pabrik gula Poerwokerto (sekarang jadi pusat perbelanjaan Moro) juga terdapat akses rel dari Stasiun Timur?", "Oh iya, cuman tidak langsung dari sini, tapi dari depan Sri Ratu, dimana arah ke Pasar Wage relnya menyebrang jalan raya, sedangkan yang ke pabrik gula lurus dan membelok ke selatan" tukasnya seraya mengggambar di atas tanah.

www.banjoemas.com


" Pak Sirun, terimakasih buat ubek-ubeknya, lain kali ku pasti mencarimu ...!"



Penelusuran sebelumnya di Stasiun Timur

Selasa, 18 Agustus 2009

Menyusur Rel Stasiun Banjarsari - Stasiun Klampok


Memperingati HUT RI dengan caraku

Sore ini target tracking adalah Stasiun Purbalingga sampai Stasiun Banjarsari dan Jembatan Kereta Sumilir (Kali Klawing). Modal nekat banget karna ku sendirian saja hanya di temani kamera Sony DSC-W90, tas punggung Eiger warna hitam dan Motor Honda Supra X hitam tahun 2001 dengan roda belakang yang sudah sangat tipis dan bensin yang sama tipisnya. Tapi ini harus tetep di laksanakan, kalo nggak kapan lagi masalahnya ...

Menyusuri bekas rel kereta dari Stasiun Purbalingga hampir seperti mustahil, karena hanya di kota inilah hampir semua peninggalan hilang tak berbekas. Dari stasiun Purbalingga hingga Stasiun Banjarsari hanya menyisakan 1 jembatan besar (melintas sungai ...) dan 2 jembatan kecil (1 melintas selokan dekat stasiun dan satunya lagi melintas di aliran sungai ...). Bekas rel kereta masih terlihat beberapa di depan SPK setelah perbatasan Purbalingga dan Banyumas. Padahal menurut cerita orang dahulu rel kereta dari stasiun Purbalingga hingga stasiun Banjarsari berada tepat di samping sebelah timur jalan raya, dan sebelum masuk Stasiun Banjarsari rel menjauh dari jalan raya (sekarang menjadi jalan umum dan di aspal).

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Sebelum sampai di lokasi stasiun Banjarsari menyempatkan ngobrol dengan penduduk Banjarsari. Dan diperoleh sebuah keterangan mengejutkan, ternyata bekas stasiun Banjarsari masih ada hingga sekarang (bukan di gusur dan di jadikan pabrik Kayu sepeprti penjelasanku terdahulu), sekarang bekas stasiun Banjarsari digunakan pedangang rongsok untuk menyimpan barang barangnya. Saya sempat mengambil gambar dari luar saja karena penjaga rumah tersebut tidak mengijinkan saya masuk kedalam. Ku berputar-putar di sekitar bekas stasiun itu, namun ku tak mendapati secuilpun bekas rel disana.

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Dari stasiun Banjarsari ku arahkan motorku ke arah timur (bekas rel ke arah Klampok). Bekas rel dari stasiun mamang sudah hilang sama sekali, tapi beberapa ratus meter ke timur, terdapat jalan kecil beraspal lurus ke timur seakan tak berujung, tapi tiba tiba .... kenapa jalannya menikung 90 derajat mbentuk huruf L ??? memangnya kereta jaman itu bisa membelok seperti motorku ya??? hahahahahaha ... ternyata jalan beraspalnya tidak seluruhnya menggunakan bekas rel kereta. Dasarnya ku sudah nekat, "ku harus lurus mengikuti bekas relnya" dalam hati ... maka ya terus saja ...

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Bekas rel lumayan masih bisa di lalui, dengan beberapa jembatan kecil, yang pondasinya masih asli dan hanya bekas relnya saja yang berubah menjadi adonan semen yang mengeras, supaya bisa di lalui sepeda atau motor.

Jalur yang ku jalani ini 90% adalah area persawahan luas (dataran rendah) jadi nggak heran kalau tracknya lurus-lurus saja. Tiba di perlintasan desa Kalialang gundukan pasir melebar dan terdapat semacam gubug di pinggir jalan di tepi rel, aneh kan? ternyata ini bangunan pemberhentian kereta (aku tau setelah sampai di desa Kemangkon, dari seseorang yang ku tanyai di jalan).

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Dari perlintasan ini ke arah timur lagi, terdapat jembatan yang hampir berdekatan. Pertama jembatan kecil, jembatan besar dan jembatan sangat besar yang melintasi sungai Klawing. Disinilah tujuan utama sebenarnya. Jembatan sangat besar ini masih sangat terawat dan kokoh. Ku sempatkan mengambil banyak gambar di sini. Ini kali ke tiga saya melintas di jembatan ini, ibukulah yang mengenalkan jembatan ini (Ibuku dulu PLKB yang memegang desa Kalialang).

www.banjoemas.com

Perjalanan masih sangat panjang hingga sampai ke desa Kemangkon, melewati banyak pedesaan dan persawahan yang mengering karena lamanya musim kemarau.

Jarak Tempuh (6 km)