Minggu kemaren nungguin Istriku ke kantor post Purwokerto, dari pada parkir bukannya pelit mending ku motret2 di Stasiun Timur, siapa tau masih ada objek2 yang belum ku ungkap.
Dari arah jembatan kecil dimana Kereta SDS keluar menuju ke timur ( Pasar Wage - Sokaraja dll), ku melihat ke arah selatan terdapat sebuah rel melintas diatas selokan yang sama dimana aku berdiri. Ku ambil beberapa gambar dan sudah saatnya ku jemput Istriku ... belum bisa lama-lama nihh
Menyebrang sungai kecil lagi, tak jauh dari bangunan tua itu, dan setelah ku melangkah menyebranginya, beberapa potong rel tergeletak begitu saja di bawah rimbunnya pepohonan. Dari sana juga ku melihat beberapa bangunan tua lagi yang kondisinya sudah tidak terawat dan di biarkan begitu saja.
Disanalah saya bertemu dengan Bapak Sirun, dia adalah pensiunan pegawai kereta api DAOP V, dulu dia menjabat di bagian motoris (waduh kerjaan apa lagi ini ku belum sempat tanyakan). Berbincang banyak dengan dia, memaparkan sebuah sejarah yang sangat besar tentang kejayaan Serajoedal Stoomtram Maatschappij, khususnya di lokasi Stasiun Timur yang menurutnya merupakan setasiun besar SDS.
Dikarenakan disanalah terdapat Dipo lokomotif, Bengkel, Gudang Minyak dan Turn Table. wow ... dan pak Sirun pun mengajak aku berkeliling dan memperlihatkanku sebuah bangunan cor dimana dulu terdapat mesin bubut, Bangunan tua bekas kantor bengkel dan sebuanh bangunan yang sekarang masih di tinggali oleh karyawan PT. KAI. dari lokasi itu pak Sirun menunjukan ada bangunan yang masih utuh hanya beralih fungsi menjadi rumah juga, yaitu bangunan Dipo dua pintu, dan sebuah bangunan gudang minyak. Dari sini ku melihat akhir dari rel yang aku susuri tadi, tepatnya di bangunan tua bekas kantor (Ditinggali oleh pak Sirun dan keluarganya).
Pada tahun-tahun pasca kemerdekaan, gedung yang di tinggali Pak Sirun pernah dibakar oleh pro kemerdekaan, tapi hanya sedikit yang kena, jendela bekas kebakaranpun masih terlihat sampau sekarang.
Dari sana pak Sirun mengajakku ke bangunan tua pertama yang ku lihat. Sekitar 10 meter ke arah barat \, disana terdapat lobang yang agak lebar dengan diameter sekitar 5 - 7 meter. " Disinilah letak Turn Table" katany, hemmm ... pikirku besar juga ini stasiun hehehehe. Dulu disini juga terdapat 5 rel ke arah Dipo dan bengkel, tapi tinggal satu yang masih kelihatan. Yang paling membuatku miris adalah penuturannya tentang lima tahun yang lalu dia diminta DAOP V, untuk mencari besi sisa tapi bukan rel, dan pilihannya jatuh pada Turn Table . Maka 5 tahun yang lalu Turn Table telah dibongkar untuk membayar hutang besi PT KAI DAOP V. Wew ....
Sebenernya di tengah tengah pembicaraan ku juga nanyain "apa pabrik gula Poerwokerto (sekarang jadi pusat perbelanjaan Moro) juga terdapat akses rel dari Stasiun Timur?", "Oh iya, cuman tidak langsung dari sini, tapi dari depan Sri Ratu, dimana arah ke Pasar Wage relnya menyebrang jalan raya, sedangkan yang ke pabrik gula lurus dan membelok ke selatan" tukasnya seraya mengggambar di atas tanah.
" Pak Sirun, terimakasih buat ubek-ubeknya, lain kali ku pasti mencarimu ...!"
Penelusuran sebelumnya di Stasiun Timur