Masa mailese tidak berarti keterpurukan bagi semua pihak, bagi perusahan perusahaan Belanda yang menggantungkan penjualannya ke Eropa mungkin banyak yang "goyang", bahkan gulung tikar, namun bagi usaha-usaha yang bersifat lokal jutru tidak begitu.
Hotel Besar dibangun pada tahun 1930 masa dimana awal terjadinya mailese, jadi belum begitu terasa bahwa krisis ekonomi itu akan berlangsung selama bertahun-tahun kedepan. Hotel ini satu-satunya yang berdiri di kota lama Purwokerto yang berpusat di pasar Wage, dimana hotel-hotel pendahulunya didirikan di kota baru Purwokerto yang berpusat di Paguwan (alun-alun sekarang) seperti hotel Tram milik SDS, Hotel Trio dan Grand hotel.
The Shia awalnya berjualan jamu dengan istrinya di seberang hotel yang sekarang menjadi toko emas Sembada, namun karena kota Purwokerto yang berkembang pesat melihat peluang utuk mendirikan hotel satu-satunya di "China Kamp" (Peta Purwokerto tahun 1899) dengan nama Tjiang Tjoan Lie Kwan. The Shia berharap diusianya yang senja dapat lebih bersantai dengan mengelola hotel, namun sayangnya anak satu-satunya The Ting Hok tidak berminat mengelola hotel orang tuanya. Yang berminat belajar mengelola hotel miliknya justru cucunya The Han Key yang pada waktu itu baru berumur 21 tahun. Setelah 6 tahun bekerja pada kakeknya baru pada tahun 1939 dimana perekonomian Hindia Belanda sudah membaik The Han Key baru diberikan kepercayaan penuh untuk memegang Hotel Besar.
Pada tahun yang sama The Han Key juga menikahi Cen Cu Cin dan memiliki 4 orang putra dan putri yaitu Dien Tjie, Che Sing, Sin Tjien dan Tjen Hauw. Istri The Han Key setelah kemerdekaan membuka sebuah toko kasur untuk pengantin dan kasur biasa di belakang hotel.
Setelah The Han Key meninggal pada tahun 1971 hotel diteruskan pada putranya yang ke 3 yaitu The Sin Tjen, yang sejak kecil sudah diajarkan oleh nyonya The Han Key bagaimana mengurus hotel. Setelah mengurus hotel berjalan selama 3 tahun The Sin Tjen menikah dengan Liu Fang Lan pada tahun 1974.
Pada tahun 2006 The Sin Tjen melakukan perubahan besar pada hotel Besar dengan membongkar bangunan-bangunan sebelah timur dan bekas toko kasur menjadi cafe dan tambahan kamar yang tadinya berjumlah 19 menjadi 33 kamar dan mengganti ubin dengan keramik. Dan juga mengganti nama menjadi hotel Mulia.
Namun nama hotel Mulia hanya bertahan selama 9 tahun saja dan pada 1 Februari 2015 hotel kembali pada nama lama yaitu Hotel Besar. Hotel ini menjadi satu-satunya yang tertua di ko ta Purwokerto yang masih beroperasi dan terus menerus di kelola oleh keluarga The.
Tahun 1950 hotel no. 332 no Telepon 111
Tahun 1955 hotel no. 292 no Telepon 111
Terimakasih sebesar-besarnya kepada Isabela Riyanti dan keluarga besarnya.
1 komentar:
Sebagai Orang Purwokerto ,saya malah belum pernah staycation di hotel ini..
Posting Komentar
Silahkan isi komentar anda !
Jangan lupa tinggalkan Nama dan alamat emailnya