Jelajah Banjoemas akirnya di gelar lagi setelah dua tahun jelajah untuk umum mati suri, dengan tema "MRAPAT" kali ini di gelar sebagai kejutan "rapelan" bagi pecinta sejarah lokal Banyumas Raya. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari secara berturut-turut di wilayah 4 kabupeten yaitu Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Beberapa peninggalan besar yang di kunjungi untuk hari pertama diantaranya adalah 4 bekas pabrik gula, 4 tujuan jalur SDS, 4 kerkhof (kuburan Belanda) dan 4 benteng pertahanan Cilacap.
Tidak hanya itu peserta juga akan melewati beberapa destinasi lain yang merupakan "bonus" Jelajah Banjoemas. Seperti Pecinan Sokaraja, pabrik Tapioka Sokaraja, batik Mruyung dan juga Pecinan kota Banyumas.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Banjoemas History Heritage Community dan Komunitas Roemahtoea (Jogja). Sehingga selama Jelajah Banyumas dipandu oleh dua pegiat sejarah dan warisan Jatmiko Wicaksono founder dan pegiat heritage BHHC dan Lengkong Sanggar Ginaris pegiat di komunitas IG;RoemahToea dan KOPIKOLA Purworejo yang kebetulan juga pernah belajar di Arkeologi UGM fokus pada bangunan Kolonial.
Pembukaan pendaftaran secara online di www.banjoemas.com dibuka selama seminggu semenjak 6 Juli hingga 13 Juli 2017, dan terdaftar sebanyak 45 peserta dengan rincian pada hari pertama sebanyak 25 peserta, hari kedua 39 Peserta dan hari ketiga sebanyak 9 peserta. Namun dilapangan ditemukan beberapa peserta baru (tidak melakukan pendaftaran online) dan anak-anak yang diajak oleh orangtuanya.
13 Juli 2017
Jelajah Banjoemas "MRAPAT" BANJARNEGARA #1
Briefing sebelum pemberangkatan
Materi pertama pada titik tujuan pertama Jelajah Banyumas
# Bandjar Tjahjana Werken + terowongan lori pabrik gula Klampok
Jelajah hari pertama mengambil titik kumpul di lapangan Majasari kecamatan Bukateja, dimana titik kumpul ini satu lokasi dengan bong (kuburan) Tionghoa Bukateja dimana lotian Bukateja dikuburkan. Jelajah yang di ikuti oleh 20 peserta dan 5 panitia memulai kegiatannya tepat pada pukul 08.45 dengan lokasi pertama adalah pertemuan antara Bandjar Tjahjana Werken (BTW) dengan lori pabrik gula Klampok berupa jembatan sepanjang kurang lebih 10 meter dan 2 terowongan lori yang sekarang berubah fungsi menjadi selokan.
Foto Bersama di tembok belakang bekas pabrik gula Klampok
Beberapa kuburan Belanda di kerrkhof Klampok
Peserta fokus pada paparan materi Jelajah Banjoemas
Foto bersama di salah satu rumah di perumahan pabrik gula Klampok
# Bekas perumahan pegawai pabrik gula Klampok
Salah satu rumah dinas yang masih berdiri di bekas stasiun SDS Klampok
Foto dan dokumentasi
Dwi Hatmoko
Friedrichidek
Riyandika Vistara
Gerry Hadiwono
Foto Bersama di tembok belakang bekas pabrik gula Klampok
# Tembok keliling pabrik gula Klampok
Titik kedua adalah peninggalan berupa tembok keliling pabrik gula Klampok yang merupakan satu-satunya bangunan peninggalan bekas pabrik gula Klampok. Tembok ini membentang sepanjang 270 meter berada di bagian belakang pabrik dengan tampilan tembok tinggi dengan bata merah ter-ekspos, namun terlihat adanya tembok yang sudah di bongkar kurang lebih sepanjang 130 meter yang sebelumnya dipakai oleh pabrik rokok Atom dan pabrik kayu milik Go Bian Ik.
Menurut warga sekitar bekas pabrik gula Klampok setelah dinyatakan gulung tikar pada tahun 1937, lahan bekas pabrik gula dibeli oleh Lie Hok Tjan (Juga pemilik pabrik beras di bekas pabrik gula Kaliklawing Kalimanah Purbalingga), Lie Hok Lie dan Ahmad Salyo Sujarwoto, lahan milik Lie Hok Lie kemudian di sewakan kepada KUP (Kursus Usaha Pertanian) dibawah Djawatan Penempatan Kerja pada tahun 1953. Pada tanggal 01 September 1955 Jawatan di pecah menjadi dua yaitu Djawatan Penempatan Kerja dan Djawatan Latihan Kerja, sehingga menyebabkan KUP berubah menjadi PLKP atau Pusat Latihan Kerja Pertanian.
Tembok ini layak di jadikan sebagai Bangunan Cagar Budaya, sebagai bangunan yang mengingatkan bahwa tembok ini pernah berdiri pabrik gula Klampok 1889 - 1933
Beberapa kuburan Belanda di kerrkhof Klampok
# Kerkhof Klampok
Penjelajah Banjoemas kemudian diarahkan untuk melihat kondisi kuburan Belanda yang terletak tidak jauh dari lokasi pabrik. Terdapat sekitar 7 kuburan yang kemungkinan di bangun sekitar tahun 1900-an. Tidak ada sebuah informasipun yang kami dapat dari kuburan ini, karena usia kuburan yang sudah seratus tahun lebih dan kemungkinan nama yang meninggal hanya ditorehkan di nisan semen dan atau marmer nya sudah di ambil oleh orang yang iseng.
Peserta fokus pada paparan materi Jelajah Banjoemas
# Bekas pabrik gula Klampok
Setelah mendapatkan ijin dari pengurus keamanan lokasi, peserta hanya bisa menikmati bekas perumahan milik Pertani, karena bekas pabrik gula Klampok sama sekali tidak menyisakan bekas sedikitpun kecuali tembok belakang. Bekas perumahan Pertani ini bergaya jengki dimana jendela rumah bergaya jendela rumah belanda hanya berbentuk mini, dan terdapat lubang ventilasi yang khas.
Foto bersama di salah satu rumah di perumahan pabrik gula Klampok
# Bekas perumahan pegawai pabrik gula Klampok
Di seberang lokasi pabrik masih terdapat bekas perumahan pegawai pabrik gula yang masih terlihat kekunoannya, bahkan terdapat sebuah rumah yang masih memakai ornamen khusus identitas ornamen pabrik gula Klampok. Dari beberapa bekas pabrik gula di wilayah karsidenan Banyumas masih terdapat 3 rumah yang masih menggunakan ornamen kekhasan yaitu satu di bekas pg Klampok dan dua di bekas pg Kaliredjo di Sumpyuh.
bangunan rumah administratur pg Klampok juga msih berdiri meski sudah terdapat berbagai perubahan terutama fasad, dimana terdapat sebuah ruangan yang menjorok di depan suah di hilangkan, dan juga bentukan asli sudah hilang. Yang tersisa adalah tembok samping yang masih menggunakan bangunan dan profile aslinya.
Beberapa bangunan disini layak di jadikan sebagai Bangunan Cagar Budaya, sebagai bangunan yang mengingatkan bahwa tembok ini pernah berdiri pabrik gula Klampok 1889 - 1933
Salah satu rumah dinas yang masih berdiri di bekas stasiun SDS Klampok
# Bekas Stasiun SDS Klampok
Mengawali jelajah rel SDS, stasiun Klampok layak untuk di kunjungi karena bagi masyarakat yang awam tidak akan menemukan satupun tanda tanda bahwa pemukiman penduduk disana adalah dulunya sebuah stasiun dengan tiga spoor (jalur) yang salah satunya merupakan jalur untuk bongkar muat ke pg Klampok. Terdapat sebuah bangunan stasiun yang hanya menyisakan tembok dan lengkung pintu atau jendela, sebuah kamar mandi stasiun, kantor tiket, reservoir, tiga buah rumah dinas dan beberpa besi rel yang melintang di pekarangan rumah dan diatas sebuah selokan.
Liputan Suara Merdeka
Foto dan dokumentasi
Dwi Hatmoko
Friedrichidek
Riyandika Vistara
Gerry Hadiwono
lanjut pada
JELAJAH BANJOEMAS "MRAPAT" PURBALINGGA #2
JELAJAH BANJOEMAS "MRAPAT" BANYUMAS #3
JELAJAH BANJOEMAS "MRAPAT" CILACAP #4
JELAJAH BANJOEMAS "MRAPAT" BANYUMAS #3
JELAJAH BANJOEMAS "MRAPAT" CILACAP #4
2 komentar:
Banyak yang sudah lenyap..
semoga aksi jelajah ini dpt mengingatkan Pihak terkait utk memberi perhatian intens pd benda cagar budaya
Kayane ada yang kenal salah satu pesertanya neh .... kalau ada trip Banjarnegara lagi ... kalau sempat, ikut.
Posting Komentar
Silahkan isi komentar anda !
Jangan lupa tinggalkan Nama dan alamat emailnya