Senin, 28 Maret 2011

Ibukota Banyumas


Kota Banyumas awalnya adalah kota kadipaten Kedjawar yang didirikan oleh Jaka Kaiman pada masa kekuasaan Kasultanan Pajang.

Setelah perang Diponegoro selesai wilayah Banyumas dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda, dan dibangunlah sistem Residente (Karsidenan). De Sturler pada 1 November 1830 di tunjuk dan di lantik menjadi Residen pertamanya, Belanda mulai membangun kota Banyumas sebagai ibukota Karsidenan Banyumas. Disamping itu Banyumas juga merupakan Ibukota Kabupaten Banyumas yang wilayahnya meliputi Onderdistrict Banyumas, Onderdistrict Adireja dan Onderdistrict Purworejo Kelampok. Kabupaten ini terpisah dengan kabupaten Ajibarang yang akhirnya pindah ke kota Purwokerto.

Pada masa yang sama Graaf Johannes van den Bosch menciptakan sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel). Sistem ini mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak. Walaupun pada pelaksanaanya sangat berbeda.

Residen menunjuk seorang wakil Residen (Orang Belanda) pada setiap wilayah Kabupaten, yang bertugas mengurusi masalah perpajakan di setiap wilayahnya.
Banjoemas Heritage
Pada 1843, rumah karesidenan di Kampung Pesanggrahan dipindah ke Kajawar, Karanggandul. Bersamaan dengan itu, dibangun pula jalan Banyumas ke selatan hingga sampai Buntu. Lantas ditarik ke barat sampai Cilacap.

Banyumas pernah dilanda Banjir yang sangat besar selama empat hari empat malam (21-23 Februari 1861) seperti yang pernah di ramalkan oleh para sesepuh (catatan R.M.S Brotodiredjo dan R. Ngatidjo Darmosuwondo) yang berbunyi ”Besuk bakal hana betik mangan mangar” (Nanti akan ada ikan (Betik) makan bunga kelapa).

Kota Banyumas yang di bangun Belanda pada saat itu memiliki banyak sekali gedung-gedung megah dan kokoh. Diantaranya adalah Gedung Resident, Gedung Societeit, Kantor Post en Telegram, Kantor Telefon, European School, Holland Inlader School, Inlander School, hospital, Chinese School, Pandhuis Kantoor (Pegadaian), AFD bank, Hotel Carolina, Zoutpakhuis (Gudang Garam), Gevangenis (penjara), Brandspuit (gedung pemadam kebakaran), Districtshoofd (kantor Distrik), Bur. Gew. Wreken (gedung pekerjaan), Waterest Kantoor, Wachthuis (pos penjagaan) dan beberapa gedung lainnya. Selain itu rumah gedong orang-orang Belanda juga banyak didirikan di Banyumas, terutama di daerah Menganti dan Kedung Uter (Kedoengoeter).
Banjoemas Heritage

Banjoemas Heritage
Rumah dan Gedung Residen Banyumas

Banjoemas Heritage

Banjoemas Heritage

Banjoemas Heritage
Pertunjukan kesenian rakyat pribumi di depan Hotel Slamet

Banjoemas Heritage
Masyarakat kota Banyumas menonton pertandingan sepak bola di alun-alun kota

Banjoemas Heritage
Tentara dan perawat menonton sepakbola di alun-alun Banyumas

Banjoemas Heritage
Pegawai rumah sakit Tentara mengunjungi pasar

Banjoemas Heritage
Suasana ruang perawatan rumahsakit Tentara

Banjoemas Heritage
Alun-alun Banyumas

Banjoemas Heritage
Beberapa orang Belanda sedang berada di beranda gedung Harmonie

Banjoemas Heritage

Banjoemas Heritage
Jembatan diatas sungai Serayu yang menghubungkan Banyumas dengan Sokaraja

Banjoemas Heritage
Suasana pasar di Banyumas

Pada saat di bangunnya Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) Maos - Wonosobo pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Residen Banjoemas mengajukan dibangunnya jalur kereta ke kota Banyumas namun ditolak oleh SDS karena lokasinya yang susah dan membutuhkan biaya besar sedangkan jalur ini sangat tidak menguntungkan karena tidak adanya pabrik ataupun perkebunan. Sebenarnya jalur ini di minta hanya karena untuk mempermudah akses ke ibukota Batavia.

Sampai pada kepindahannya ke kota Purwokerto, kota Banyumas tidak pernah dibangun jalur kereta api yang merupakan akses penting untuk terhubung dengan Batavia (Jakarta).

Tulisan dirangkum dari beberapa sumber;
1834, Administratief Verslag de Residentie Banjoemas
Kaart, Hoofdplaats Banjoemas 1920
ALGEMEEN HANDELSBLAD. Woensdag 11 October 1893
De Sumatra Post No."233

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.