Rabu, 29 Juli 2009

Menyusur Rel Stasiun Timur - Stasiun Maos

Perjalanan ku awali dari Stasiun Timur Purwokerto

Sekarang, jalur rel kereta Stasiun Timur hanya terhubung dengan stasiun Besar Purwokerto. Itu saja saya melihat terahir kereta yang melintas pada awal tahun 2009. Pada jaman dahulu, jalur ini juga menghubungkan dengan Stasiun Maos.

Rel keluar dari Stasiun Timur langsung melintas di jalan Kolonel Sugiono dan masuk ke perkampungan. Rel masih sangat terlihat terawat dan bersih. Terdapat jembatan kereta yang melintasi aliran Irigasi bikinan Belanda.

Setelah rel melintasi area persawahan rel kembali masuk ke perkampungan, di daerah sinilah terdapat persimpangan rel kereta ke Stasiun Purwokerto dan ke arah Stasiun Maos. Dari sini saya mulai menjelikan semua indra saya, karena bekas bekas persimpangan rel sudah tidak di temukan. Walau hanya dengan menggunakan gambar print screen dari Google Earth, tapi ternyata masih bisa di telusuri. Dari gambar terlihat bangunan-bangunan rumah yang tidak semestinya menyerupai garis lengkung dan lurus. Dari sana rel melintas jalan Pahlawan. Jadi pada mulanya dulu terdapat 2 perlintasan kereta berada disana.

Dari sana rel menuju Maos, berubah menjadi jalan beraspal sepanjang 300 meter melengkung ke arah selatan, dan berahir masuk gang kecil.

Waktu sudah lumayan gelap untuk melanjutkan perjalanan. Ya sudahlah kapan-kapan lagi ku teruskan.

Update 07 April 2010

Tracking berlanjut setelah hampir 9 bulan nggak tracking lagi ... dan ini pun nggak bisa di bilang tracking 100% karna keadaan kami sudah setengah energi. Perjalanan di awali dari Purwokerto, Sokaraja (exs PG Kali Bagor), Banyumas (Kelenteng Tri Darma), menyusuri sungai Serayu sampai Patikraja.

Hanya melewati saja jalan Patikraja - Bendung Gerak Serayu. Sambil tengok kanan kiri, menepi dan berjalan pelan (anakku sudah tertidur rupanya). Masih terlihat sisa-sisa gundukan tanah , galian tanah dan jembatan yang mirip bekas jalan kereta api (lurus dan rata).

Ini membuat keyakinanku timbul lagi, setelah hampir nggak yakin, karna sudah tidak menemukan bekas rel antara Tanjung dan Patikraja.

Update 20 Mei 2010

Sore ini sehabis ngantor, mesti kondangan ke temenku yang lokasinya di daerah Rawalo. Hemmm bakalan indah nihh perjalanannya, mumpung sendirian bisa sambil tracking Rel SDS Jalur Patikraja - Kebasen.

www.banjoemas.com

Mengawalinya lagi dari Jembatan SDS Patikraja, menyeberang lewat jembatan dan menelusuri bekas rel (sekarang jadi Jalan Besar untuk lalulintas umum). Mengambil beberapa gambar di sebuah selokan dan gundukan tanah yang lurus berkelok bak rel kereta, bahkan menjadi jalan setapak , jalan gang atau jalan kampung.

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Sampai hampir memasuki kawasan bendung gerak Serayu, ku masuk ke sebuah kampung di sekitar jembatan kereta api milik PT.KAI (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij /NIS). Sebuah pembuktian akan kulakukan, karena menurut cerita bahwa Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij tidak pernah bersilangan dengan Serajoedal Stoomtram Maatschappij. Sebuah jalan kecil lurus dan membelok halus seperti sebuah rel melintas di bawah jembatan. Wow inilah akhirnya ... yang ku cari cari ketemu juga.

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Menurut cerita masyarakat setempat jalur Serajoedal Stoomtram Maatschappij memang berada di bawah jembatan jembatan kereta api milik PT.KAI, posisinya 4 - 5 meter dibawahnya, jadi sangat dekat dengan pinggir sungai serayu. Sejajar membelok hingga setasiun Kebasen, yang satu diatas dan yang satunya lagi dibawah, namun hingga setasiun Kebasen posisi keduanya berada pada ketinggian yang sama.

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Gembrobyos rek, motorku kepater di jalan buntu gragalan, padahal aku mau kondangan ....

Update 25 Juni 2010
Setelah jungkir balik cari info sampe ku susur sendiri ternyata commons.wikimedia.org menyediakan datanya berupa foto yang nggak secara langsung ngomongin persilangan ini.

Lihat aja di gambar

www.banjoemas.com

Foto sebenarnya mendokumentasikan pembangunan rel kereta SS dari arah Notog, namun disana justru memperlihatkan bahwa rel kereta SDS (dari arah Patikraja) yang sudah ada sebelumnya. Posisinya berada di bawah rel yang sedang di bangun.

www.banjoemas.com

Terlihat juga disini bahwa rel SDS yang ke arah Maos berada di samping bawah (kanan). Foto di ambil dari atas terowongan.

Selanjutnya Menyusur Stasiun Banjarsari - Stasiun Klampok

Selasa, 28 Juli 2009

Menyusur Setasiun Klampok

Sore Setelah pemilihan presiden, mengajak anak istriku buat muter-muter sebentar ke Klampok Banjarnegara. Menyusuri sepanjang jalan kota Klampok sangat membuatku terkagum-kagum, peninggalan jaman Belanda yang sekarang segabian masih berdiri megah dan terawat. Bekas rel kereta api Serajoedal Stoomtram Maatschappij masih terlihat jelas berada di tepi jalan raya Klampok - Banjarnegara.

www.banjoemas.com


www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Bangunan Stasiun Klampok yang pada masa itu merupakan sarana transportasi utama menuju Wonosobo, Purwokerto dan Maos, sekarang telah beralih fungsi menjadi tempat berjualan keramik Mustika, memang sudah tidak terlihat lagi seperti bangunan Stasiun Klampok. Tapi kalau di teliti dengan jeli, sebuah penampung air masih terlihat kokoh dan kuat dengan keran melengkung kebawah masih terlihat bagus. di bandingkan dengan penampung air yang berada di Stasiun Sokaraja.

Kearah timur dari bangunan stasiun Klampok, sepanjang sisi kanan dan kiri masih terlihat bangunan Belanda yang masih terawat, diantaranya berada di BLK Pertanian Klampok, Kantor pos Klampok dan Kantor Kecamatan Klampok.

www.banjoemas.com

Sangat menarik berada di sana, serasa pengen motret terus. Tapi kami harus pulang ke Purwokerto, setelah bermain di Lapangan BLK Pertanian Klampok (arena pasar malam keliling).

Kami berniat menyusuri Bekas Rel dari Stasiun Klampok Hingga ke bekas Stasiun Banjarsari, tapi baru sampai Jembatan Rel yang melintasi Sungai Serayu, Matahari rupanya telah lebih dulu bersembunyi di belakang gunung Slamet, maka berahirlah perjalanan kami.

www.banjoemas.com

www.banjoemas.com

Jembatan rel sungai Serayu masih terlihat sangat kokoh dengan rangka besi baja, walau usianya sudah sangat tua. Sekarang jembatan ini di gunakan penduduk sekitar sebagai jembatan penghubung desa Wirasaba dan sekitarnya dengan kota Klampok.